The Forgotten Selayar - dr. Ben Wayan Suryani W.
Been there? Done that? Pasti belum yang satu ini. Bahkan mungkin anda belum pernah dengar.
Sebuah kabupaten unik di sebelah selatan Sulawesi, yangas the matter of fact, adalah kabupaten paling selatan Sulawesi Selatan, berbatasan dengan Propinsi Nusa Tenggara Timur. Unik, karena kabupaten ini 100% terpisah dengan daratan Sulawesi, dengan pulau utama (pulau Selayar) berbentuk membujur utara-selatan dengan panjang ‘hanya’ 100an km. Ditambah dengan 120an pulau yang tersebar di laut Flores, saya baru tahu kalau luas daratannya ternyata hanya 15%! Wow, kabupaten ini hampir seluruhnya laut!
So, apa yang kita bayangkan akan kita temui disini? Jangan under estimate dulu.. Bukan cuma birunya laut dengan segala penghuninya (paus, lumba-lumba) yang sangat sering muncul menyapa para pejalan diatas kapal, tapi kenyataan-kenyataan di daratan yang membuat kita berpikir, mungkin pulau ini, dulu, punya cerita lebih seru daripada abad sekarang ini.
Bertugas sebagai PNS selama hampir 4 tahun, jauh dari kampung halaman dan keluarga, memberi saya kesempatan menjelajahi Selayar dengan cukup leluasa. Okay, mari kita mulai dengan bagaimana caranya tiba disana.
Jalur transportasi yang bisa ditempuh rutin adalah melalui Makassar, baik melalui darat (bus/angkutan umum ‘Panther’) atau melalui udara (Sabang Merauke Air Charter – SMAC). Bila menempuh perjalanan darat, masalah utama adalah jadwal kapal feri. Saat ini, hanya hari Minggu, Selasa dan Kamis feri berlayar 2 kali dari pelabuhan Tanjung Bira (Bulukumba) ke pelabuhan Pamatata (Selayar) pada pukul 10.30 dan 15.30 WITA. Hari lain hanya satu kali, pukul 15.00 WITA. Short of (Kalo tidak ada halangan). So far, jadwal hampir selalu on time. Dan dari Makassar, dibutuhkan waktu 3,5 – 4 jam sampai di Bira. Kalau tidak mau repot, cari saja bus jurusan Selayar di terminal Malengkeri Makassar, start jam 8.30 WITA. Dengan biaya 100 ribu rupiah anda akan dibawa langsung ke terminal Benteng Selayar pada sekitaran pukul 19.00 WITA. Tinggal duduk manis di bus, tidur, melemaskan otot-otot di kapal feri selama 2 jam, sudah. Beres. Total 9-10 jam. Long day in land trip, indeed.
Itu kalau anda punya banyak waktu, dimana pemandangan sepanjang jalan juga bisa dinikmati. Hamparan sawah subur di sepanjang Kabupaten Gowa, Takalar, deretan pohon lontar di kabupaten Jeneponto, hamparan rumput laut di Kabupaten Bantaeng, dan para pembuat perahu phinisi di kabupaten Bulukumba pasti jadi obyek fotografi yang tak boleh dilewatkan. Kalau begitu, tak ada salahnya anda bermalam di Tanjung Bira dan menikmati pantai favorit Paul Wolfowitz (mantan Dubes AS) yang sangat terkenal dengan pasir putihnya sambil beristirahat. Tersedia bermacam penginapan, mulai dari yang bertarif 50 ribu permalam hingga 300 ribuan. Up to you. Esok harinya, barulah anda menyeberang ke Selayar. Akan tampak 3 pulau yang akan dilewati feri, salah satunya pulau Kambing, pulau batu tak berpenghuni yang menjadi ‘rebutan’ Selayar dengan Bulukumba. Katanya salah satu dive spot bagus yang penuh hiu ‘black tip’ atau ‘white tip’, yang banyak mendatangkan penyelam domestik maupun mancanegara, dengan catatan; only for advanced diver karena konon arusnya cukup kuat.
Begitu mendarat di pulau Selayar, kesan landscape yang keras, berbatu, kering, akan anda jumpai. Tapi jangan kuatir, hampir seluruh jalan utama Selayar dibangun di pinggir pantai yang semuanya berpasir putih. Dijamin anda akan disuguhi panorama yang tidak akan membosankan. Apalagi bila tiba waktunya matahari terbenam dengan silhouette pohon-pohon kelapa!!. Saran saya, stand by with your cam!.
Bila waktu anda terbatas, pakailah jasa pesawat. Perjalanan panjang itu hanya anda tempuh dalam waktu 40 menit, dengan pesawat CASSA 24 seat. Dengan jadwal Selasa pagi dan Jumat siang, pesawat akan terbang dari Makassar dan langsung pulang lagi setelah penumpang turun, dan yang hendak ke Makassar naik. Dari atas pesawatpun anda dapat melihat deretan panjang pasir putih dan jernihnya laut yang menampakkan gugusan terumbu karang di bawahnya. Dan yang paling penting, anda tidak kelelahan di perjalanan!
Okay, welcome to Selayar. Sekarang, mari kita telusuri jejak-jejak sejarah itu. Seingat saya, di pelajaran waktu SD atau SMP ada disebut tentang Nekara Perunggu yang terdapat di Sulawesi Selatan. Setelah tujuh tahun tinggal di Makassar, saya dapati ternyata Nekara itu ada disini, tersimpan rapat dalam sebuah ruangan berbentuk gazebo di daerah Matalalang, sekitar 5 km arah Selatan Benteng. Ukurannya lebih besar dari yang saya bayangkan, dan cerita di balik keberadaan “Gong” yang berasal dari daratan China itu sangat beragam. Yang jelas, selain nekara ini besar dan wajib dikunjungi oleh para pelancong, saya menemukan “saudara-saudaranya” dlm sebuah kunjungan di luar negeri. Di China? Bukan! Dua nekara serupa dengan ukuran jauh lebih kecil saya jumpai di National Convention Center, Hanoi. Dikatakan, nekara-nekara itu berusia sekitar 2000 – 2500 tahun, ya, jaman perunggu dan mungkin seumuran itu jugalah nekara Selayar. Bahkan motif di bagian atasnyapun sama, berbentuk matahari, yang dijadikan desain T-shirt oleh-oleh khas Vietnam. Can you imagine that? Kalau saja saya seorang sejarawan, saya pasti akan telusuri jejak ini lebih jauh!
Next, kita menuju ke Selatan (navigasi di Selayar mudah, ke utara, atau ke selatan, dan pantai hanya ada di sisi barat atau timur) menuju desa Padang. Sebuah desa nelayan ’kuno’ yang menyimpan bukti sejarah yang lain. Sepasang jangkar berukuran sangat besar dengan meriam-meriam yang diyakini milik armada kapal China. Menurut cerita, armada itu bertolak dari Padang Sumatera (dalam perjalanan menuju surga rempah Maluku?) dan terdampar di pulau karang ini dan akhirnya beranak-pinak hingga sekarang. Ibu kost saya kebetulan orang dari desa ini, berperawakan sangat Tionghoa dan adiknya kami panggil Ai (tante) Mei Hwa. Lengkap dengan kepiawaian memasak dan koleksi barang-barang makan antik berupa porselen dan sumpit-sumpit tua. Uniknya, semua warga di desa ini muslim! Wah…
Bila anda ingin suasana yang lebih sophisticated’, maka mengunjungi sebuah resort cantik di pantai Baloiya sangat saya sarankan. Resort yang dinahkodai seorang ekspatriat asal Jerman ini tak akan mengingatkan anda bahwa sedang berada di ‘negeri antah berantah’ Selayar, melainkan mungkin di Bali atau Lombok. Dengan luas 1,5 hektar yang tertata dalam kebun yang berbunga-bunga (ingat, dibangun diatas tanah berbatu!) menunjukkan betapa landscaping adalah keahlian sang GM, Bernhard, selain diving. Ya, Selayar Island Resort adalah satu-satunya Dive Center yang menawarkan juga kursus diving dengan sertifikasi PADI (Professional Association of Diving Instructors) dan SDI (Scuba Diving International) termasuk jasa Nitrox (Enriched Air) Diving. Berstandar Euro dan mengantongi tiga bintang, resort dan restaurant ini memang agak mahal. Tapi meski tak menginap, menikmati sunset sambil dinner di beach bar resort ini betul-betul mengesankan!! Believe me, tempat ini layak untuk anda jadikan tempat melamar pujaan hati atau bahkan sekedar candle light dinner dengan pasangan! Coba tengok lebih jauh di www.selayarislandresort.com.
Nah, jika anda hobbiis wisata bahari, ini yang ditunggu-tunggu. Taka Bonerate, atol terbesar ketiga di dunia setelah kepulauan Marshall dan Maladewa itu ada disini. Taka Bonerate bernaung di bawah Departemen Kehutanan dalam bentuk Taman Nasional, dan dikelola bersama dengan Pemda. Anda akan menemukan sesuatu yang lain lagi (kecuali anda adalah pejalan yang sudah sering mengunjungi Taman Nasional Laut seperti Kepulauan Seribu, Bunaken, dan Wakatobi). Untuk betul-betul berpetualang disini, anda harus siap basah. Tak perlu piawai dan bersertifikat selam, karna dengan snorkeling saja anda akan bisa menikmati surga bawah lautnya. Atau sekedar menikmati pulau-pulau indah berpasir putih yang seakan-akan milik pribadi. Hanya saja, siapkan waktu lebih panjang. Dibutuhkan perjalanan sekitar 5-8 jam (tergantung cuaca) untuk tiba di pulau Tinabo, base camp para pelancong di kawasan konservasi ini. Tapi bila anda beruntung, ada speedboat yang kadang keluar masuk kawasan yang bisa ditebengi, yang kalau khusus kita carter, butuh biaya 3,5 juta untuk BBMnya (pulang pergi). Dengan speedboat 170 PK itu, dari Benteng kita bisa tiba hanya dalam waktu 2 jam!! Bila anda seorang penyelam, jangan kuatir, ada lebih 20 orang pria wanita disini bersertifikat A1 dan A2, beberapa orang dalam training dive master, dengan compressor dan alat selam lengkap tersedia di kawasan. Aktifitas fun dive memang belum serutin Bali atau Bunaken, tapi tentu saja, tanpa mass tourism, anda jadi yang istimewa! Untuk trip khusus ke Taka Bonerate, yang terbaik adalah dengan menghubungi kantor Balai Taman Nasional dan para petugas akan dengan senang hati memberi anda semua informasi yang anda butuhkan.
Dalam pandangan saya, ada sebuah misi yang sebenarnya dapat kita (para pejalan) lakukan untuk kawasan Taka Bonerate ini. Sebagai kawasan konservasi yang dihuni oleh banyak penduduk (8 desa), sangatlah sulit membatasi dan mengawasi adanya illegal fishing di tempat ini. Apalagi dengan luas setengah juta hektar! Penduduk lokal yang terlahir sebagai nelayan, belum sepenuhnya tersentuh budaya ‘wisata’. Sumber nafkah semata-mata didapat dengan mengambil hasil laut, yang tentu saja mengancam kelestarian biota laut apalagi bila menggunakan cara-cara destruktif. Bila kegiatan membom ikan, membius, atau mengambil bambu laut berganti menjadi menyewakan perahu untuk mengantar para pelancong untuk snorkeling atau diving, atau membuka warung makan, membuka kios minuman, tentu masyarakat akan mendapat hasil yang lebih baik. Belum lagi mereka dengan sendirinya akan menjaga lokasi/spot yang sering dikunjungi tamu, sebagai sumber nafkah baru bagi mereka dan keturunan mereka kelak. Habit baru akan muncul, seiring dengan kemudahan-kemudahan akses yang dapat dipakai para pejalan untuk datang ke tempat ini.
Well, at least bila datang ke Selayar dan Taka Boneratenya, anda akan terpuaskan oleh panorama yang bila diabadikan akan jadi koleksi bagus. It’s undercovered now.. padahal bukti-bukti peninggalan sejarah menunjukkan betapa terkenal dan ‘sering dikunjungi’nya tempat ini dulu. Bahkan bagi Propinsi Sulawesi Selatan sendiri, kabupaten ini termasuk yang paling tertinggal. Benarkah dia sungguh-sungguh terlupakan? Atau daya tarik itu telah begitu tertutupi oleh ketidakpedulian? Saya yakin, tidak bagi anda para backpacker. Selamat berpetualang dan have fun!
HAL UMUM
Waktu: Selayar & Taka Bonerate adalah Waktu Indonesia Tengah (WITA), sama dengan Makassar, atau satu jam lebih cepat dibanding Jakarta.
Waktu terbaik mengunjungi Selayar adalah Oktober-November dan Maret-April. Bila anda mabuk laut hindari berlayar pada musim Barat (Akhir Desember-Februari) dan musim Timur (Agustus-September). Bila terpaksa, bawalah obat-obat yang cukup. It’s suppose to be fun, guys!
Fasilitas : ATM tersedia di Benteng, berupa ATM BRI dan BPD, yang dapat melayani transaksi ATM Bersama dan Prima. Bawalah uang tunai secukupnya, dapat dipakai untuk membeli souvenir sambil menyumbang upaya konservasi di Benteng atau Taman Nasional.
Sinyal handphone Telkomsel (termasuk flexi) dan Indosat tersedia di Benteng. Dermaga Pamatata hingga pantai selatan Selayar dapat dijangkau sinyal Indosat (beberapa tempat masih blank spot). Tidak ada signal di kawasan Taka Bonerate. Fasilitas telpon satelit terdapat di pulau Rajuni, kira-kira 20 menit dari guest house dengan speedboat.
Harga BBM (bensin) Rp. 6000/liter, bila anda berniat menyewa sepeda motor/mobil.
Menuju Selayar:
SMAC (Sabang Merauke Air Charter), kantor di Jl. Poros Bandara Sultan Hasanuddin Mandai, telp (0411) 550664. Harga Tiket : Rp. 230.000 (termasuk aiport tax) Dari Bandara Aroepalla Selayar, tidak ada angkutan umum dari Bandara, Anda harus berjalan kaki sekitar 150 meter keluar Bandara untuk mendapat angkot ke Benteng. Paling baik anda menghubungi teman/ contact person untuk menjemput.
Perwakilan Bus Aneka (AC), Telp. 0411-5048232 (Makassar) atau 0414-22489 (Selayar).
Perwakilan bus Sumber Mas Murni (AC), Telp. 0411- (Makassar) dan 0414-21154 (Selayar). Harga Tiket Rp. 100.000/orang. Dari Terminal ke penginapan, anda dapat memakai jasa ojek (Rp. 10-15 ribu)
Taman Nasional Taka Bonerate (Free Hot Spot / Wi-fi), Jl. S. Parman No. 40 Benteng, Selayar. Contact person: Nadzrun Jamil (081210011007) Asri (08114205360) Hendra Mustajab (081241948948)
Penginapan di Selayar : Hotel Shafira (melati) tarif 250.000/kamar Telp. 0414-22766-8. Hotel Selayar Beach (melati) harga sewa Rp. 200.000 – 250.000/ kamar. Telp. 0414-21617. Wisma PKK Tanadoang, 250.000/kamar. Semuanya termasuk sarapan.
Tinabo Guest House : Fasilitas spring bed, kamar mandi luar, kipas angin. Harga sewa hubungi kantor Balai TN TBR (sedang dalam penyusunan tarif baru).
Tips Menyelam : Stay within the rule. Rencanakan dive anda dan diskusikan dengan buddy sejelas mungkin. Terutama bila setelah trip anda berencana pulang naik pesawat. Pastikan kita menyelam dengan taat pada no deco time (bila anda memiliki dive computer), atau batasi penyelaman di hari terakhir dengan memilih spot dangkal atau hanya bersnorkeling. Keamanan tetap yang utama, agar liburan betul-betul memberi kesan tak terlupakan.
Benedicta Wayan Suryani W
Penulis lepas, spesialis mata, PADI Rescue Diver.
Mobile: 081 241 64 7722
Ditulis untuk www.infobackpacker.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar