Mengenai Saya

Foto saya
KOORDINATOR FORUM JURNALIS BAHARI KAWASAN INDONESIA TIMUR

Rabu, 25 Agustus 2010

Akuarium Ala Sea World Akan Dibangun Di Makassar. Pemerintah Kota Makassar berencana membangun "CORAL CENTRE" pertama di Dunia

Akuarium Ala Sea World Akan Dibangun Di Makassar. Pemerintah Kota Makassar berencana membangun "CORAL CENTRE" pertama di Dunia

oleh Makassar Kota Dunia 2022 pada 01 Juli 2010 jam 5:17
Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) RI menjajaki pembangunan pusat karang (coral center) di Kota Makassar. Kota ini disebutkan menjadi salah satu nominator yang paling berpeluang di antara Jakarta, Semarang, maupun Sorong Papua.

"Makassar menjadi salah satu tempat paling potensial. Setelah berbicara dengan wali kota, beliau juga sangat komitmen mendukung," kata Sekretaris Eksekutif Satuan Kerja Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil DKP RI, Prof Jamaluddin Jompa, di Balai Kota Makassar, Jumat (3/9).
Jamaluddin bersama tim menemui Wali Kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin untuk memaparkan ide awal grand design pembangunan Coral Center yang dijadwalkan dimulai tahun 2010 mendatang.
Dengan kawasan pusat riset dan laboratorium, pusat informasi dan edukasi, pendidikan kelautan, serta sarana pendukung. Akuarium display seperti konsep Sea World di Jakarta dan sejumlah negara di dunia akan menjadi bagian pengembangan kawasan ini.
Coral Center direncanakan dibangun di kawasan pesisir seluas lima hektar. Jika benar-benar terealisasi, Makassar akan menjadi kawasan pusat karang pertama dan terbesar di dunia.

Sejumlah wilayah di daerah ini ditawarkan menjadi pilihan pembangunan tersebut. Kawasan Barombong, Pantai Losari, kawasan Lakkang, sampai sejumlah pulau yang berlokasi hanya beberapa kilometer dari Kota Makassar.
"Pengembangan akan dibuat dengan teknologi tinggi. Tidak hanya dalam bentuk edukasi dan research semata tetapi pengembangan wisata. Ada seperti sea world," kata Ilham.
Selain dibiayai melalui APBN, pengembangan ini juga disebutkan akan mendapat support World Bank. Ilham menambahkan kawasan tersebut juga bisa ditawarkan kepada investor yang sudah mengembangkan kawasan pesisir di sepanjang Losari dan Tanjung Bunga.
"Ini menjadi sesuatu yang bisa ditawarkan ke investor. Menjadi pelengkap obyek sarana. Ini hal yang positif. Semua orang akan melirik karena wisata seperti ini masih sangat terbatas di dunia," tambahnya.(axa)

Pusat Coral Triangle
JAMALUDDIN menyebut Indonesia merupakan pusat segitiga karang (coral triangle) dan bagian terluas dari enam negara di dunia. Makassar sebagai bagian tersebut harus segera mengambil momentum sebagmega ai inisiator coral triangle. Namun, dosen Universitas Hasanuddin (Unhas) ini belum memastikan berapa biaya yang akan dihabiskan untuk merealisasikan proyek ini. Menurutnya, visibilities studi maupun site plan pengembangan kawasan coral center baru akan dimulai akhir tahun ini dengan melibatkan konsultan dan akademisi.

SEKILAS TENTANG dr. Ben Wayan Suryani W.

The Forgotten Selayar - dr. Ben Wayan Suryani W.

Been thereDone that? Pasti belum yang satu ini. Bahkan mungkin anda belum pernah dengar.
Sebuah kabupaten unik di sebelah selatan Sulawesi,  yangas the matter of fact, adalah kabupaten paling selatan Sulawesi Selatan, berbatasan dengan Propinsi Nusa Tenggara Timur. Unik, karena kabupaten ini 100% terpisah dengan daratan Sulawesi, dengan pulau utama (pulau Selayar) berbentuk membujur utara-selatan dengan panjang ‘hanya’ 100an km. Ditambah dengan 120an pulau yang tersebar di laut Flores, saya baru tahu kalau luas daratannya ternyata hanya 15%! Wow, kabupaten ini hampir seluruhnya laut!

So, apa yang kita bayangkan akan kita temui disini? Jangan under estimate dulu.. Bukan cuma birunya laut dengan segala penghuninya (paus, lumba-lumba) yang sangat sering muncul menyapa para pejalan diatas kapal, tapi kenyataan-kenyataan di daratan yang membuat kita berpikir, mungkin pulau ini, dulu, punya cerita lebih seru daripada abad sekarang ini.

Bertugas sebagai PNS selama hampir 4 tahun, jauh dari kampung halaman dan keluarga, memberi saya kesempatan menjelajahi Selayar dengan cukup leluasa. Okay, mari kita mulai dengan bagaimana caranya tiba disana.

Jalur transportasi yang bisa ditempuh rutin adalah melalui Makassar, baik melalui darat (bus/angkutan umum ‘Panther’) atau melalui udara (Sabang Merauke Air Charter – SMAC). Bila menempuh perjalanan darat, masalah utama adalah jadwal kapal feri. Saat ini, hanya hari Minggu, Selasa dan Kamis feri berlayar 2 kali dari pelabuhan Tanjung Bira (Bulukumba) ke pelabuhan Pamatata (Selayar) pada pukul 10.30 dan 15.30 WITA. Hari lain hanya satu kali, pukul 15.00 WITA. Short of (Kalo tidak ada halangan). So far, jadwal hampir selalu on time.  Dan dari Makassar, dibutuhkan waktu 3,5 – 4 jam sampai di Bira. Kalau tidak mau repot, cari saja bus jurusan Selayar di terminal Malengkeri Makassar, start jam 8.30 WITA. Dengan biaya 100 ribu rupiah anda akan dibawa langsung ke terminal Benteng Selayar pada sekitaran pukul 19.00 WITA. Tinggal duduk manis di bus, tidur, melemaskan otot-otot di kapal feri selama 2 jam, sudah. Beres. Total 9-10 jam. Long day in land trip, indeed.

Itu kalau anda punya banyak waktu, dimana pemandangan sepanjang jalan juga bisa dinikmati. Hamparan sawah subur di sepanjang Kabupaten Gowa, Takalar, deretan pohon lontar di kabupaten Jeneponto, hamparan rumput laut di Kabupaten Bantaeng, dan para pembuat perahu phinisi di kabupaten Bulukumba pasti jadi obyek fotografi yang tak boleh dilewatkan. Kalau begitu, tak ada salahnya anda bermalam di Tanjung Bira dan menikmati pantai favorit Paul Wolfowitz (mantan Dubes AS) yang sangat terkenal dengan pasir putihnya sambil beristirahat. Tersedia bermacam penginapan, mulai dari yang bertarif 50 ribu permalam hingga 300 ribuan. Up to you. Esok harinya, barulah anda menyeberang ke Selayar. Akan tampak 3 pulau yang akan dilewati feri, salah satunya pulau Kambing, pulau batu tak berpenghuni yang menjadi ‘rebutan’ Selayar dengan Bulukumba. Katanya salah satu dive spot bagus yang penuh hiu ‘black tip’ atau ‘white tip’, yang banyak mendatangkan penyelam domestik maupun mancanegara, dengan catatan; only for advanced diver karena konon arusnya cukup kuat.

Begitu mendarat di pulau Selayar, kesan landscape yang keras, berbatu, kering, akan anda jumpai. Tapi jangan kuatir, hampir seluruh jalan utama Selayar dibangun di pinggir pantai yang semuanya berpasir putih. Dijamin anda akan disuguhi panorama yang tidak akan membosankan. Apalagi bila tiba waktunya matahari terbenam dengan silhouette pohon-pohon kelapa!!. Saran saya, stand by with your cam!.
Bila waktu anda terbatas, pakailah jasa pesawat. Perjalanan panjang itu hanya anda tempuh dalam waktu 40 menit, dengan pesawat CASSA 24 seat. Dengan jadwal Selasa pagi dan Jumat siang, pesawat akan terbang dari Makassar dan langsung pulang lagi setelah penumpang turun, dan yang hendak ke Makassar naik.  Dari atas pesawatpun anda dapat melihat deretan panjang pasir putih dan jernihnya laut yang menampakkan gugusan terumbu karang di bawahnya. Dan yang paling penting, anda tidak kelelahan di perjalanan!

Okaywelcome to Selayar. Sekarang, mari kita telusuri jejak-jejak sejarah itu. Seingat saya, di pelajaran waktu SD atau SMP ada disebut tentang Nekara Perunggu yang terdapat di Sulawesi Selatan. Setelah tujuh tahun tinggal di Makassar, saya dapati ternyata Nekara itu ada disini, tersimpan rapat dalam sebuah ruangan berbentuk gazebo di daerah Matalalang, sekitar 5 km arah Selatan Benteng. Ukurannya lebih besar dari yang saya bayangkan, dan cerita di balik keberadaan “Gong” yang berasal dari daratan China itu sangat beragam. Yang jelas, selain nekara ini besar dan wajib dikunjungi oleh para pelancong, saya menemukan “saudara-saudaranya” dlm sebuah kunjungan di luar negeri. Di China? Bukan! Dua nekara serupa dengan ukuran jauh lebih kecil saya jumpai di National Convention Center, Hanoi. Dikatakan, nekara-nekara itu berusia sekitar 2000 – 2500 tahun, ya, jaman perunggu dan mungkin seumuran itu jugalah nekara Selayar. Bahkan motif di bagian atasnyapun sama, berbentuk matahari, yang dijadikan desain T-shirt oleh-oleh khas Vietnam. Can you imagine that? Kalau saja saya seorang sejarawan, saya pasti akan telusuri jejak ini lebih jauh!

Next,  kita menuju ke Selatan (navigasi di Selayar mudah, ke utara, atau ke selatan, dan pantai hanya ada di sisi barat atau timur) menuju desa Padang.  Sebuah desa nelayan ’kuno’ yang menyimpan bukti sejarah yang lain. Sepasang jangkar berukuran sangat besar dengan meriam-meriam yang diyakini milik armada kapal China. Menurut cerita, armada itu bertolak dari Padang Sumatera (dalam perjalanan menuju surga rempah Maluku?) dan terdampar di pulau karang ini dan akhirnya beranak-pinak hingga sekarang. Ibu kost saya kebetulan orang dari desa ini, berperawakan sangat Tionghoa dan adiknya kami panggil Ai (tante) Mei Hwa. Lengkap dengan kepiawaian memasak dan koleksi barang-barang makan antik berupa porselen dan sumpit-sumpit tua. Uniknya, semua warga di desa ini muslim! Wah…

Bila anda ingin suasana yang lebih sophisticated’, maka mengunjungi sebuah resort cantik di pantai Baloiya sangat saya sarankan. Resort yang dinahkodai seorang ekspatriat asal Jerman ini tak akan mengingatkan anda bahwa sedang berada di ‘negeri antah berantah’ Selayar, melainkan mungkin di Bali atau Lombok. Dengan luas 1,5 hektar yang tertata dalam kebun yang berbunga-bunga (ingat, dibangun diatas tanah berbatu!) menunjukkan betapa landscaping adalah keahlian sang GM, Bernhard, selain diving. Ya, Selayar Island Resort adalah satu-satunya Dive Center yang menawarkan juga kursus diving dengan sertifikasi PADI (Professional Association of Diving Instructors) dan SDI (Scuba Diving International) termasuk jasa Nitrox (Enriched Air) Diving. Berstandar Euro dan mengantongi tiga bintang, resort dan restaurant ini memang agak mahal. Tapi meski tak menginap, menikmati sunset sambil dinner di beach bar resort ini betul-betul mengesankan!! Believe me, tempat ini layak untuk anda jadikan tempat melamar pujaan hati atau bahkan sekedar candle light dinner dengan pasangan! Coba tengok lebih jauh di www.selayarislandresort.com.

Nah, jika anda hobbiis wisata bahari, ini yang ditunggu-tunggu. Taka Bonerate, atol terbesar ketiga di dunia setelah kepulauan Marshall dan Maladewa itu ada disini. Taka Bonerate bernaung di bawah Departemen Kehutanan dalam bentuk Taman Nasional, dan dikelola bersama dengan Pemda. Anda akan menemukan sesuatu yang lain lagi (kecuali anda adalah pejalan yang sudah sering mengunjungi Taman Nasional Laut seperti Kepulauan Seribu, Bunaken, dan Wakatobi). Untuk betul-betul berpetualang disini, anda harus siap basah. Tak perlu piawai dan bersertifikat selam, karna dengan snorkeling saja anda akan bisa menikmati surga bawah lautnya. Atau sekedar menikmati pulau-pulau indah berpasir putih yang seakan-akan milik pribadi. Hanya saja, siapkan waktu lebih panjang. Dibutuhkan perjalanan sekitar 5-8 jam (tergantung cuaca) untuk tiba di pulau Tinabo, base camp para pelancong di kawasan konservasi ini. Tapi bila anda beruntung, ada speedboat yang kadang keluar masuk kawasan yang bisa ditebengi, yang kalau khusus kita carter, butuh biaya 3,5 juta untuk BBMnya (pulang pergi). Dengan speedboat 170 PK itu, dari Benteng kita bisa tiba hanya dalam waktu 2 jam!! Bila anda seorang penyelam, jangan kuatir, ada lebih 20 orang pria wanita disini bersertifikat A1 dan A2, beberapa orang dalam training dive master, dengan compressor dan alat selam lengkap tersedia di kawasan. Aktifitas fun dive memang belum serutin Bali atau Bunaken, tapi tentu saja, tanpa mass tourism, anda jadi yang istimewa! Untuk trip khusus ke Taka Bonerate, yang terbaik adalah dengan menghubungi kantor Balai Taman Nasional dan para petugas akan dengan senang hati memberi anda semua informasi yang anda butuhkan.

Dalam pandangan saya, ada sebuah misi yang sebenarnya dapat kita (para pejalan) lakukan untuk kawasan Taka Bonerate ini. Sebagai kawasan konservasi yang dihuni oleh banyak penduduk (8 desa), sangatlah sulit membatasi dan mengawasi adanya illegal fishing di tempat ini. Apalagi dengan luas setengah juta hektar! Penduduk lokal yang terlahir sebagai nelayan, belum sepenuhnya tersentuh budaya ‘wisata’. Sumber nafkah semata-mata didapat dengan mengambil hasil laut, yang tentu saja mengancam kelestarian biota laut apalagi bila menggunakan cara-cara destruktif. Bila kegiatan membom ikan, membius, atau mengambil bambu laut berganti menjadi menyewakan perahu untuk mengantar para pelancong untuk snorkeling atau diving, atau membuka warung makan, membuka kios minuman, tentu masyarakat akan mendapat hasil yang lebih baik. Belum lagi mereka dengan sendirinya akan menjaga lokasi/spot yang sering dikunjungi tamu, sebagai sumber nafkah baru bagi mereka dan keturunan mereka kelak. Habit baru akan muncul, seiring dengan kemudahan-kemudahan akses yang dapat dipakai para pejalan untuk datang ke tempat ini.

Well, at least bila datang ke Selayar dan Taka Boneratenya, anda akan terpuaskan oleh panorama yang bila diabadikan akan jadi koleksi bagus. It’s undercovered now.. padahal bukti-bukti peninggalan sejarah menunjukkan betapa terkenal dan ‘sering dikunjungi’nya tempat ini dulu.  Bahkan bagi Propinsi Sulawesi Selatan sendiri, kabupaten ini termasuk yang paling tertinggal. Benarkah dia sungguh-sungguh terlupakan? Atau daya tarik itu telah begitu tertutupi oleh ketidakpedulian? Saya yakin, tidak bagi anda para backpacker. Selamat berpetualang dan have fun!

HAL UMUM
Waktu: Selayar & Taka Bonerate adalah Waktu Indonesia Tengah (WITA), sama dengan Makassar, atau satu jam lebih cepat dibanding Jakarta.
Waktu terbaik mengunjungi Selayar adalah Oktober-November dan Maret-April. Bila anda mabuk laut hindari berlayar pada musim Barat (Akhir Desember-Februari) dan musim Timur (Agustus-September). Bila terpaksa, bawalah obat-obat yang cukup. It’s suppose to be fun, guys!
Fasilitas : ATM tersedia di Benteng, berupa ATM BRI dan BPD, yang dapat melayani transaksi ATM Bersama dan Prima. Bawalah uang tunai secukupnya, dapat dipakai untuk membeli souvenir sambil menyumbang upaya konservasi di Benteng atau Taman Nasional.
Sinyal handphone Telkomsel (termasuk flexi) dan Indosat  tersedia di Benteng. Dermaga Pamatata hingga pantai selatan Selayar dapat dijangkau sinyal Indosat (beberapa tempat masih blank spot). Tidak ada signal di kawasan Taka Bonerate. Fasilitas telpon satelit terdapat di pulau Rajuni, kira-kira 20 menit dari guest house dengan speedboat.
Harga BBM (bensin) Rp. 6000/liter, bila anda berniat menyewa sepeda motor/mobil.
Menuju Selayar:
SMAC (Sabang Merauke Air Charter), kantor di Jl. Poros Bandara Sultan Hasanuddin Mandai, telp (0411) 550664. Harga Tiket : Rp. 230.000 (termasuk aiport tax) Dari Bandara Aroepalla Selayar, tidak ada angkutan umum dari Bandara, Anda harus berjalan kaki sekitar 150 meter keluar Bandara untuk mendapat angkot ke Benteng. Paling baik anda menghubungi teman/ contact person untuk menjemput.
Perwakilan Bus Aneka (AC), Telp. 0411-5048232 (Makassar) atau 0414-22489 (Selayar).
Perwakilan bus Sumber Mas Murni (AC), Telp. 0411- (Makassar) dan 0414-21154 (Selayar). Harga Tiket Rp. 100.000/orang. Dari Terminal ke penginapan, anda dapat memakai jasa ojek (Rp. 10-15 ribu)
Taman Nasional Taka Bonerate (Free Hot Spot / Wi-fi), Jl. S. Parman No. 40 Benteng, Selayar. Contact person: Nadzrun Jamil (081210011007) Asri (08114205360) Hendra Mustajab (081241948948)
Penginapan di Selayar : Hotel Shafira (melati) tarif 250.000/kamar Telp. 0414-22766-8. Hotel Selayar Beach (melati) harga sewa Rp. 200.000 – 250.000/ kamar. Telp. 0414-21617. Wisma PKK Tanadoang, 250.000/kamar. Semuanya termasuk sarapan.
Tinabo Guest House : Fasilitas spring bed, kamar mandi luar, kipas angin. Harga sewa hubungi kantor Balai TN TBR (sedang dalam penyusunan tarif baru).
Tips Menyelam : Stay within the rule. Rencanakan dive anda dan diskusikan dengan buddy sejelas mungkin. Terutama bila setelah trip anda berencana pulang naik pesawat. Pastikan kita menyelam dengan taat pada no deco time (bila anda memiliki dive computer), atau batasi penyelaman di hari terakhir dengan memilih spot dangkal atau hanya bersnorkeling. Keamanan tetap yang utama, agar liburan betul-betul memberi kesan tak terlupakan.
Benedicta Wayan Suryani W
Penulis lepas, spesialis mata, PADI Rescue Diver.
Mobile: 081 241 64 7722

Ditulis untuk www.infobackpacker.com

Senin, 23 Agustus 2010

Keindahan Karang Wakatobi

Keindahan Karang Wakatobi



[Image]Destinasi kali ini akan mengusik jiwa petualang anda. Sebuah kawasan yang masih terbilang masih asli menawarkan perjalanan yang tak terlupakan. Adalah Kepulauan Tukang Besi, sebuah gugusan kepulauan yang terdiri dari empat pulau besar dengan luas sekitar 821 km2. Empat pulau besar tersebut adalah Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko yang oleh masyarakat setempat biasa diakronimkan sebagai WAKATOBI.Sebagaimana namanya, Tukang Besi, kepulauan ini memang terkenal dengan pembuatan keris tradisional yang indah dan tetap diproduksi hingga sekarang. Gugusan kepulauan ini memiliki alam yang masih asli, tenang dengan air laut yang segar, gua-gua bawah laut yang saling berdekatan satu sama lain yang disuguhkan khusus untuk pecinta alam sejati. Bisa dikatakan bahwa wilayah ini merupakan kawasan wisata taman laut pertama di Indonesia.Meski menyelam bisa dilakukan setiap saat, tetapi bulan April dan Desember adalah bulan yang paling baik untuk melakukan penyelaman karena cuacanya sangat bagus. Di samping menyelam dan snorkling di pantai juga disediakan khusus motor selam, tour snorkling dan penjelajahan di kepulauan. Sebuah kawasan kecil yang berlokasi di samping pulau Tomia seluas 8 km2, bernama Pulau Tolandona (Pulau Onernobaa) memiliki keunikan karena pulau ini dikelilingi taman laut yang indah.

[Image]Setelah menempuh perjalanan 5-6 jam dengan kapal cepat dari Kendari, Bau-Bau menjadi tempat transit berikutnya ke Wakatobi. Perjalanan tidak dapat langsung karena jadwal penyeberangan Bau-Bau-Wanci, pintu gerbang Wakatobi terbatas. Lagi pula penyeberangan dengan kapal kayu sekitar satu hari akan sangat melelahkan. Jalur yang biasa dipakai dari Bau-Bau adalah perjalanan darat ke Lasalimu, kecamatan di sebelah tenggara Bau-Bau, sekitar 3 jam. Selanjutnya menyeberang ke Wakatobi. Itu pun jadwal penyeberangan sekali sehari, pukul 06.00.

Ada dua macam suku di Kepulauan Tukang Besi, yaitu Tukang Besi utara dan selatan. Total penduduk kedua suku tersebut kini mencapai kisaran 250.000 orang, tersebar di empat pulau besar Wakatobi. Mata pencarian suku Tukang Besi adalah bertani. Makanan pokok mereka adalah ubi-ubian, yang biasa dibakar dan dimakan bersama ikan. Suku Tukang Besi selatan juga termasuk rumpun suku Buton. Ketergantungan hidup mereka terletak pada hasil laut yang menjadi santapan sehari-hari.

Jika anda ingin berkunjung ke Wakatobi, pada bulan Juli-September ombak bisa setinggi gunung. Namun, bagi anda yang berjiwa petualang, ombak besar tidak menjadi halangan untuk mengunjungi gugusan kepulauan di antara Laut Banda dan Laut Flores ini. Tapi bila anda ingin lebih ‚aman’, bulan Oktober sampai awal Desember merupakan pilihan terbaik menikmati keindahan di Wakatobi. Begitulah beberapa pesan penduduk Wakatobi yang ditemui di Kota Bau-Bau.

Sebenarnya Wakatobi tidak hanya mengandalkan transportasi laut dari Bau-Bau atau Lasalimu. Sejak tahun 2001, transportasi udara bisa menjangkau wilayah kepulauan di timur Pulau Buton ini. Namun, ongkos perjalanan sangat mahal, selain itu transportasi udara hanya melayani jalur Denpasar-Wakatobi dengan jadwal tiap 11 hari.

Kepulauan Tukang Besi mempunyai 25 gugusan terumbu karang yang masih asli dengan spesies beraneka ragam bentuk. Terumbu karang menjadi habitat berbagai jenis ikan dan makhluk hidup laut lainnya seperti moluska, cacing laut, tumbuhan laut. Ikan hiu, lumba-lumba dan paus juga menjadi penghuni kawasan ini. Kesemuanya menciptakan taman laut yang indah dan masih alami. Taman laut yang dinilai terbaik di dunia ini sering dijadikan ajang diving dan snorkling bagi para penyelam dan wisatawan. Sejak tahun 1996, kawasan Wakatobi ditetapkan sebagai taman nasional.

[Image]Kawasan wisata juga terdapat di Pulau Wangi-Wangi, Hoga, pulau di sebelah Kaledupa dan Binongko. Selain snorkling dan diving, aktivitas pariwisata lain yang bisa dinikmati adalah pemandangan pantai, menyusuri gua, fotografi, berjemur, dan camping.

Empat pulau besar di Wakatobi memiliki karakteristik khusus, yakni setiap pulau merupakan satu wilayah kecamatan, kecuali Pulau Wangi-Wangi yang terdiri dari dua kecamatan. Wangi-Wangi, pulau pertama yang dijumpai saat memasuki Kabupaten Wakatobi, menjadi pintu gerbang dan paling dekat dengan Pulau Buton. Di sini terdapat pelabuhan besar yang melayani kapal barang dan penumpang di Desa Wanci. Jika Pulau Wangi-Wangi menjadi pintu gerbang transportasi laut, maka Pulau Tomia menjadi pintu gerbang transportasi udara.

Pastikan Wakatobi menjadi destinasi kunjungan anda selanjutnya. Berikan liburan yang sedikit berbeda kepada keluarga anda. So, it’s different vacation girls... eeSumber : PEREMPUAN

Otonomi Daerah, Berkah atau Bencana

Otonomi Daerah, Berkah atau Bencana 


[Image]Jika Indonesia terlalu luas dan beragam untuk bisa dikelola secara tersentral dari Jakarta seperti pada zaman Orde Baru, benarkah otonomi daerah, yang mengemuka sejak Reformasi,merupakan solusi bagi negeri ini?

Itulah salah satu pertanyaan yang ingin saya cari jawabannya dari perjalanan setahun saya keliling Indonesia (Juni 2009-Juni 2010), Ekspedisi Zamrud Khatulistiwa, mengunjungi sekitar 80 pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote.

Dari pulau ke pulau, kabupaten ke kabupaten, saya menyaksikan antusiasme besar kampanye pemilihan langsung gubernur, bupati, dan wali kota. Itu sesungguhnya merupakan penanda paling menonjol gairah akan otonomi daerah, bahwa kini warga di tingkat kabupaten pun tak perlu hanya mengandalkan Jakarta untuk berbuat dan memikirkan sesuatu.

Poster kampanye kandidat dan partai, lengkap dengan janji-janji,mewarnai jalanan, bahkan laut. Di Selayar, Sulawesi Selatan,misalnya, saya melihat poster besar di sebuah pulau kecil tanpa penghuni menawarkan wajah kandidat bupati. Namun, di tengah “pesta-pora politik lokal”itu, saya juga masih banyak mendengar ketidakpuasan. Di Kepulauan Banggai, Sulawesi Tengah,misalnya,masyarakat daerah selatan masih merasa tidak diperhatikan sehingga ada pemikiran untuk memecah kabupaten baru itu menjadi dua,Kepulauan Banggai Utara dan Selatan. Padahal Kabupaten Banggai kepulauan baru beberapa tahun terakhir memisahkan diri dari Kabupaten Banggai daratan.

Di Maluku Selatan terjadi pemecahan kabupaten beruntun dalam beberapa tahun terakhir.Tak hanya terpecah dengan munculnya Kabupaten Maluku Tenggara, tapi kini muncul Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan Kabupaten Maluku Barat Daya.

Di samping motif ekonomi, geografis, dan aspirasi politik, pemecahan wilayah diilhami oleh perbedaan budaya dan bahasa. Ini mengingatkan saya pada kecenderungan sama di pulau-pulau besar, termasuk Jawa. Provinsi Jawa Barat kini telah terpecah dengan munculnya Banten, namun ternyata tidak cukup. Belakangan, muncul aspirasi baru untuk pembentukan Provinsi Cirebon, yang berisikan Kabupaten Indramayu,Kuningan, Cirebon, dan Majalengka.

Fakta bahwa pemecahan daerah tidak efektif sehingga diperlukan pemecahan lebih jauh lagi hingga ke wilayah lebih kecil menunjukkan bukti bahwa argumen “otonomi daerah”selama ini sering kali hanya menyembunyikan motif tersembunyi: egoisme politikus elite lokal. Kabupaten baru hanya berarti pembangunan kompleks kantor baru, fasilitas baru bagi elite politik lokal, dan infrastruktur baru lain yang fisik sifatnya dan mudah dikorup, ketimbang menegakkan manajemen substansial dalam “mengelola wilayah sendiri”—alasan awal otonomi daerah. Motif egosentris itu diperburuk oleh dua hal.

Pertama, tradisi politik rusak di tingkat nasional yang makin menonjol mengedepankan politik uang, perburuan pada fasilitas pribadi, serta popularitas semu, sehingga otonomi daerah yang semestinya merupakan wahana untuk partisipasi lebih baik bagi masyarakat hanya cenderung menyebarluaskan praktek despotik nasional ke tingkat terendah dengan munculnya raja-raja kecil di daerah.

Kedua, platform ekonomi neoliberal di tingkat nasional, yang mengandalkan privatisasi dan investasi swasta, kini juga dipraktekkan hingga ke tingkat kabupaten dengan antusiasme besar, sedemikian sehingga gubernur dan bupati kehilangan pengertian tentang apa perbedaan “membela publik/rakyatnya”dengan membela investor swasta.

Dikutip dari Tempo Interaktif.com 

Pengerukan Pelabuhan Bira Diharapkan dari APBN

Sabtu, 21 Agustus 2010 21:03 WITA | Daerah | Dibaca 9 kaliMakassar (ANTARA News) - Anggaran untuk pengerukan Pelabuhan Tanjung Bira, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, yang mengalami pendangkalan diharapkan berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)."Pengerukan pelabuhan Bira yang sudah harus dilakukan sekarang, membutuhkan anggaran yang besar. Untuk itu Dinas Perhubungan harus mencari dana APBN," kata Ketua Komisi D DPRD Sulsel Hery Suhari Attas di Makassar, Sabtu.Menurut dia, pengerukan kolam pelabuhan yang memiliki panjang dermaga 440 meter tidak akan rampung jika hanya mengandalkan APBD Perubahan Sulsel.Selain mengalami pendangkalan, pelabuhan utama yang menghubungkan Pulau Sulawesi dengan Kabupaten Selayar juga mengalami penyempitan di pintu masuk kolam.Pendangkalan dan penyempitan menyebabkan sektor ekonomi di kabupaten yang berpenduduk hampir 200 ribu jiwa terganggu, disebabkan kapal hanya bisa merapat saat air laut pasang. Hery yang juga anggota Fraksi PDK DPRD Sulsel mengemukakan, pelabuhan yang bagus idealnya dikeruk setiap tahun.Saat ini ada tiga kapal feri yang setiap hari hilir-mudik di Pelabuhan Bira yakni, kapal Bontoharu, Belida, dan Pangke Padang, rata-rata mampu mengangkut 400 penumpang dan 20 kendaraan roda empat.Selain melayani penumpang ke Selayar, pelabuhan ini juga digunakan untuk keluar masuk barang ke Kawasan Indonesia Timur. (T.pso-099/A033)

Desa Polassi Berbenah Diri Menuju Desa Wisata


[Image]Desa Polassi Berbenah Diri Menuju Desa Wisata

Dalam rangka mendukung terwujudnya penataan Desa Polassi sebagai salah satu kawasan tujuan wisata dunia di Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulsel, dalam kaitan itu warga masyarakat setempat melalui pemerintah desanya meminta perhatian serius pemerintah kabupaten untuk dapat segera menganggarkan proyek pembangunan jalan tani ruas pantai barat Desa Polassi serta proyek pemagaran pekuburan desa.
Hal tersebut dibenarkan Kepala Desa Polassi, Tajang yang disambangi wartawan di rumah kediamannya di komplex ex. pasar sentral lama Benteng Selayar. Menurutnya, selain kedua proyek tersebut di atas, masyarakat juga berharap kiranya pemerintah kabupaten dapat segera merealisasikan proyek pembangunan jalan desa yang menghubungkan pusat ibukota desa dengan Dusun Letta'. Disamping permitaan pembangunan bak penampungan air bersih yang sudah cukup lama menjadi harapan besar masyarakat.
Keinginan lain datang dari warga nelayan Desa Polassi, Umar yang mengharapkan segera direalisasikannya proyek pembangunan pabrik es balok sebagaimana yang pernah dijanjikan bupati dalam rangkaian kunjungan kerjanya beberapa waktu lalu.
Tajang menambahkan, kegiatan ini merupakan bagian penting dari upaya menata perwajahan Desa Polassi menuju terwujudnya Polassi sebagai salah satu daerah tujuan wisata dunia di Kabupaten Kepulauan Selayar.
Menyusul telah rampungnya sejumlah proyek pembangunan lain di desa itu. Seperti, pembangunan tanggul ujung kampung dan tanggul kampung timur Desa Polassi.
Drainase Pemicu Konflik
Pada bagian lain keterangannya Kades Polassi, Tajang juga mengungkapkan desakan masyarakat terkait permintaan pembangunan saluran drainase yang dimaksudkan untuk mengatasi dampak genangan air hujan pada musim barat.
Pasalnya, persoalan ini merupakan masalah krusial yang telah berulangkali menjadi pemicu perpecahan antar warga masyarakat.(fadly syarif)

DisKP Kepulauan Selayar Siap Sukseskan 3 Komponen Program Coremap Phase II

DisKP Kepulauan Selayar Siap Sukseskan
3 Komponen Program Coremap Phase II

Kepulauan Selayar,-- Sejumlah program rehabilitasi kelautan & perikanan terus digencarkan DisKP Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi-Selatan dalam beberapa tahun terakhir, dengan menggelontorkan anggaran bernilai milyaram rupiah. 

Mulai dari pencanangan kegiatan transpalantasi karang buatan, penyaluran bantuan alat tangkap jenis perahu jollor, mesin katinting, sampai pada penyaluran perahu bagan. Tak cukup sampai disitu saja, memasuki tahun anggaran 2009 lalu, DisKP Kabupaten Kepulauan Selayar kembali melaksanakan program luncuran, berupa pembangunan dua unit sarana gedung SMK Kelautan, masing-masing di Kecamatan Pasimasunggu dan Kecamatan Benteng. 

Alhasil, program ini mendapatkan respon positif Camat Pasimasunggu, Drs. Suardi, selaku pimpinan wilayah di Pulau Jampea. Kendati demikian, Kepala Dinas Kelautan & Perikanan Kabupaten Kepulauan Selayar, Dr. Ir. Marjani Sultan, M.Si menyatakan “apa yang telah dilakukan pihaknya selama ini, belumlah dapat dianggap sebagai sebuah keberhasilan berarti”. 

Terkait pernyataannya itu, dalam keterangan persya Marjani menyebutkan “Mengawali masuknya tahun anggaran 2011 mendatang, pihaknya telah mendesain sejumlah komponen program lanjutan di lingkungan Dis KP Kepulauan Selayar. 

Tiga diantaranya yakni, program penyadaran masyarakat, edukasi pendidikan dan kemitraan bahari, dengan mengefektifkan strategi komunikasi dalam bentuk media cetak dan media elektronik. Berikutnya, dinas kelautan juga akan merencanakan pemutaran film dokumenter menyangkut praktek-praktek penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan, serta penyebarluasan media sosialisasi pada stakeholder dan masyarakat. 

Pada sektor edukasi pendidikan Marjani mengungkapkan “mulai dari sekarang, pihak DisKP akan terus mengupayakan adanya perhatian extra, dari kalangan sekolah kejuruan, akademisi, dan mahasiswa, agar lingkungan kampus sedapat mungkin dilibatkan pada program kerjasama pengembangan sektor kelautan & perikanan, melalui terlaksananya program kegiatan KKN, PKL dan intership (magang). 

Dimana, kegiatan tersebut rencananya akan dipadukan dengan program pengembangan kemitraan bahari melalui penyusunan petunjuk teknis kegiatan KKN , PKL dan Intership (magang). Hal tersebut kata Marjani, diharapkan dapat menyukseskan lahirnya task force pengelolah program kemitraan bahari. 

Menyusul, akan diselenggarakannya penyusunan kembali sistem dBase Terumbu Karang yang terstandarisasi dengan lebih awal menyelenggarakan desponsive research. Masih berkutat pada persoalan program pengembangan edukasi pendidikan, DisKP Kepulauan Selayar sepakat untuk merealisasikan seluruh komponen program yang telah direncanakan Coremap Phase II Pusat.

Khususnya, dalam rangka penyerapan beasiswa di lingkungan SD, SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi. Termasuk untuk menyukseskan tiga komponen program lain yang juga telah direncanakan oleh lembaga coral rehabilitation and managemen program Coremap Phase II yaitu : program penyusunan kurikulum lokal. 

Disusul, program sosialisasi pengelolaan terumbu karang di kalangan tenaga guru pendidik, pelaksanaan lomba karya ilmiah terumbu karang dan pengadaan buku katalog jenis terumbu karang, tandas Mantan Kepala Bappeda Kepulauan Selayar ini. (Fadly Syarif)

Pengikut