Mengenai Saya

Foto saya
KOORDINATOR FORUM JURNALIS BAHARI KAWASAN INDONESIA TIMUR

Sabtu, 27 November 2010

PNPM- KP KAB.KEPULAUAN SELAYAR 
FOKUSKAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR
Drs.Andi Penrang,DM : Kami memilih Desa Patikarya dan Appattanah sebagai lokasi program TA 2010 

Forjubi Kep.Selayar, Pemerintah kabupaten Kepulauan Selayar melalui dinas Kelautan dan perikanan pada tahun 2010 ini kembali menjalankan program dari Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. Program tersebut berupa pengucuran dana bantuan langsung masyarakat (BLM) PNPM Mandiri Kelautan Perikanan. Untuk kabupaten kepulauan Selayar mendapat besaran anggaran Rp 750 Juta rupiah dari APBN dan Rp 75 Juta dari APBD sebagai dana pendamping. Adapun tujuan dari pelaksanaan program tersebut antara lain: 

1. Meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat. 
2. Memberdayakan kelembagaan masyarakat. 
3. Meningkatkan kemampuan usaha kelompok masyarakat. 
4. Meningkatkan produksi kelautan dan perikanan. 
5. Meningkatkan infrastruktur lingkungan dan rehabilitasi ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil. 
6. Meningkatkan kemitraan dan sumber permodalan,pemasaran, Informasi,serta ilmu pengetahuan dan teknologi. 

Drs.Andi Penrang, DM
Pendamping PNPM-KP kabupaten Kepulauan Selayar Drs.Andi Penrang DM mengatakan bahwa Kabupaten kepulauan Selayar memilih Desa Patikarya sebagai lokasi program Ta 2010 ini. Desa tersebut ditetapkan sebagai penerima PNPM-Mandiri KP Tahun 2010, atas penunjukkan tenaga pendamping. Adapun tenaga pendamping adalah tim yang terdiri dari 7 (tujuh) orang yang ditunjuk melalui SK Bupati. Ketujuh orang tim ini adalah mereka yang memiliki latar belakang pendidikan perikanan. Dimana mereka telah mendapatkan pelatihan dan sudah berpengalaman dalam pengelolaan di lapangan,. Hal tersebut didasarkan pada tujuan agar masyarakat benar-benar mengerti tujuan dan mekanisme PNPM-Mandiri Tahun 2010.

Penunjukan Desa Patikarya dan Desa Appatanah selain karena berada di daerah pesisir Pendamping juga mendasari hasil Lokakarya yang dilakukan di pondok Bonerate Benteng yang merekomendasikan bahwa calon penerima dana BLM-PNMM KP tahun 2010 tetap diprioritaskan salah satu daerah yang berada di Kecamatan Bontosikuyu. Lebih lanjut, Andi Penrang menegaskan bahwa PNPM-Mandiri KP tahun ini diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan khususnya daerah pesisir yang menjadi lokasi program . Sejalan dengan itu usaha budidaya perikanan seperti tambak dan rumpong menjadi pilihan tepat sebagai salah satu usaha perikanan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah pesisir. 

Dalam pelaksanaan program PNPM-KP tahun 2010 di kabupaten Kepulauan Selayar dibagi dalam tiga 3 (tiga) jenis kegiatan yaitu Penangkapan, pengolahan, budidaya. Untuk penangkapan jumlah anggaran BLM yang disalurkan sebesar Rp 174.666.000 rupiah (37,78 %)  dibagikan kepada 11 Kelompok nelayan yang langsung ditransfer ke rekening kelompok. Sementara untuk pengolahan dianggarkan untuk 1 kelompok yaitu kelompok Usaha bersama dengan besaran anggaran Rp 8.864.000,- (2,22 %) sementara Kelompok usaha budidaya perikanan dianggarkan sebesar Rp 277.434.000 rupiah (60 %) yang diperuntukkan kepada 7 (tujuh) kelompok usaha, semua ditransfer ke rekening masing-masing kelompok. Dan kesemuanya itu sudah ditransfer melalui KPPN bneteng Selayar ke seluruh rekening kelompok per tanggal 24 November 2010.

 Dikatakan bahwa program ini adalah solusi yang ditawarkan pemerintah pusat, lewat Departemen Kelautan dan Perikanan langsung dengan hadirnya program PNPM-MKP yang diinisiasi untuk mewujudkan komitmen nasional, dengan sasaran adalah percepatan penanggulangan kemiskinan bagi masyarakat pesisir .Ruang lingkup Bantuan langsung Masyarakat ( BLM) PNPM Mandiri-KP tahun 2010 meliputi: 
1. Penyediaan sarana dan prasarana pembenihan dan pembesaran ikan. 
2. Penyediaan sarana penangkapan ikan 
3. Penyediaan srana pengolahan dan pemasaran hasil perikanan 
4. Pembangunan Infrastruktur lingkungan dan rehabilitasi ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil 

Hal lain yang disampaikan oleh putra selayar asal bumi pahlawan Bontomanai ini ,bahwa tujuan utama dari pelaksanaan program dimaksud adalah meningkatkan kesejahteraan, memberikan kesempatan kerja yang seluas-luasnya bagi masyarakat pesisir yang tergolong miskin.Realita yang terjadi saat ini, menunjukan bahwa Kabupaten Kepulauan Selayar disatu sisi memiliki sumber daya kelautan dan perikanan yang cukup menjanjikan. Hanya saja disisi lain pula potensi perikanan ini tidak seiring dengan kesejahteraan masyarakat khususnya yang bermukim di daerah pesisir.Karena itu, kata Andi Pinrang masalah tersebut menjadi tanggung jawab pemerintah daerah dan semua pihak, guna mengupayakan kesejahteraan yang lebih signifikan.

Sejak tahun 2009 Kabupaten Kepulauan selayar berkesempatan untuk mengelola program PNPM-MKP. Dan ditegaskan bahwa sebelum Penyerahan BLM ini pendamping mengawali dengan identifikasi dan sosialisasi sehingga bantuan ini betul-betul mencapai tujuan dan sasarannya . 

Supardi Idris. 



Jumat, 26 November 2010

PMU COREMAP II HARUMKAN NAMA SELAYAR TINGKAT NASIONAL

Drs. Andi Pinrang, DM:  Selayar Juara nasional dari 7 (tujuh) Wilayah Coremap di Indonesia

Forjubi,
Kabupaten Kepulauan Selayar sebagai daerah Kepulauan dengan limpahan kekayaan laut khususnya terumbu karang adalah merupakan salah satu perhatian Dunia. Hal itu terapresiasi dengan keberadaan Coremap II yang merupakan program Rehabilitasi dan manajemen pengelolan terumbu karang yang dibiayai oleh World Bank. Keberadaan coremap sebagai program yang menitikberatkan kegiatannya dalam pelibatan masyarakat, tentunya tidak akan berjalan tanpa dukungan masyarakat. Baik dalam mencegah dirinya untuk tidak merusak terumbu karang maupun ikut dalam program rehabilitasi yang dilaksanakan oleh coremap, maupun program pendukung lainnya. Peran aktif masyarakat itu membutuhkan manajerial yang terorganisir oleh PMU Coremap Selayar.

       
  Salah satu bukti keikutsertaan masyarakat dalam pelaksanaan program Coremap adalah Keikutsertaan dua Desa dalam Apresiasi coremap II Tingkat nasional yang diselenggarakan di Jakarta tanggal 02 s/d 5 November 2010 di Jakarta. Pada kesempatan tersebut ada 3 (tiga) pemenang yang kesemuanya dimenangkan oleh utusan dari kepulauan Selayar Yaitu:


1.       Peserta apresiasi komponen PMU Coremap II Selayar utusan Pokmas Konservasi (POKMASWAS) Desa Bonerate Kec Pasimarannu atas nama Syamsil sebagai peserta terbaik Pertama Tingkat Nasional.
2.       Peserta Apresiasi Komponen CBM PMU Coremap II Selayar utusan Pokmas Perempuan Desa Bontolempangan Kec.Buki atas nama Andi Radja sebagai peserta terbaik pertama Tingkat Nasional.
3.       Peserta Apresiasi dari Komponen Public Awareness dan Forum Jurnalis Bahari ( FORJUBI) utusan Pemkab Selayar atas nama Supardi Idris sebagai juara I Karya Tulis Media  tentang Terumbu karang dengan judul Tulisan “ Integralisasi program penyelamatan terumbu Karang”. Atas prestasi sebelumnya yang telah banyak menulis tentang terumbu karang , ia terpilih secara aklamasi dalam acara Workshop Forjubi se-indonesia Timur di Sahid Hotel Makassar Agustus 2010 sebagai Koordinator Forjubi Wilayah Timur Indonesia.

Drs.Andi Pinrang, DM
Menurut  Drs . Andi Pinrang,DM Staf Coomunity basic management (CBM) PMU Coremap II Selayar yang  masyarakat menjadi salah satu pendamping peserta Apresiasi yang ikut ke Jakarta mengatakan bahwa: Keberhasilan utusan Selayar binaan PMU Coremap dalam memenangkan  Apresiasi Tingkat nasional dengan mengalahkan 7 (tujuh) utusan dari Lokasi Program lainnya adalah bukti kemampuan masyarakat dalam memberikan andil positif dalam program coremap secara nasional. Disis lain, terlihat Jelas juga dengan dukungan pemerintah kabupaten hingga Desa yang menetapkan aturan baik melalui Perda maupun Perdes yang dibuat secara mandiri dalam rangka menjaga kelestarian laut, yang juga searah dengan Program Coremap.

Lebih lanjut Andi Pinrang mengatakan bahwa secara Faktual dalam proses pendampingan yang dilakukan selama Apresiasi Coremap tingkat Nasional, peserta dari kepulauan Selayar menunjukkan tingkat kefektifan yang cukup tinggi dibandingkan daerah lain. Pengertian masyarakat tentang visi dan misi program jelas tergambar dari setiap diskusi maupun kegiatan yang dilaksanakan. Ini menunjukkan iklim yang baik dalam pelaksanaan program Coremap ke depan.

Sementara itu terkait dengan situasi pelaksanaan program Coremap di Kepulauan selayar, Andi pinrang menjelaskan bahwa saat ini ia tidak lagi menemukan adanya pelaku illegal di Desa-desa di kabupaten kepulauan selayar. Justru pelaku-pelaku yang ada dan tertangkap ataupun yang termenitor sebagian besar adalh orang luar. Hal inilah yang perlu kita antisipasi bersama dalam rangka menjaga kerusakan yang ditimbulkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab dari luar. Disisi lain coremap selayar dengan bentukan POKMASWAS di setiap Desa diharapkan masyarakat dapat secara langsung terlibat dalam pengawasana. Hal ini juga didukung dengan banyaknya Perdes yang dibuat oleh Desa-desa untuk mencegah kegiatan illegal fishing. Jika ini dilaksanakan di semua Desa, maka diharapkan selayar akan bersih dari kegiatan Ilegal fishing.

Program Coremap lain adalah kawasan DPL (daerah perlindungan laut)  yang telah ditetapkan wilayahnya dibeberapa zona pantai di kabupaten kepulauan selayar. Kawasan DPL ini dibuat dengan penyertaan pelarangan untuk memasuki kawasan inti DPL. Program lain yang juga dilaksanakan adalah Program mata pencaharian alternatif bagi masyarakat, dan beberapa program lian. Kendati demikian dukungan pemerintah Kabupaten,Instansi terkait, dan masyarakat kepulauan selayar secara Umum sangat dibutuhkan dalam program Coremap. Hal ini senada juga dengan Tema hari jadi tentang kebersamaan untuk Kesejahteraan dan kemandirian selayar. Mari kita bersama dalam program untuk menjaga dan melestarikan laut khususnya terumbu karang, sebagai bagian tak terpisahkan dari Kepulauan selayar sebagai daerah dengan otoritas wilayah laut.


Supardi Idris

Jumat, 12 November 2010

INTEGRALISASI PROGRAM PENYELAMATAN TERUMBU KARANG

Oleh : SUPARDI IDRIS
( KOORDINATOR FORJUBI KAWASAN TIMUR INDONESIA)
Dengan ancaman ekstrimisme global yang mengancam kehidupan di muka bumi, maka kita semua harusnya telah sampai kepada kesimpulan bahwa upaya penyelamatan terumbu karang adalah upaya penyelamatan kehidupan umat manusia. Secara sadar dunia menyatakan hal tersebut yang kemudian tertuang dalam upaya penyelamatan terumbu karang Global. Kesiapan Bank Dunia untuk mendanai upaya tersebut, khususnya di Indonesia yang merupakan daerah tempat hidup 14 % terumbu karang dunia adalah merupakan bentuk kekhawatiran bersama secara Global. Kekhawatiran tersebut hendaknya berujung kepada kepedulian menyeluruh terhadap penyelamatan terumbu karang. Maka pola penyelamatan yang harusnya dilakukan adalah Pola penyelamatan yang terintegrasi dalam satu misi penyelamatan oleh semua Lembaga yang ada.

Dasar pemikiran ini tumbuh dari kenyataan bahwa penyelamatan terumbu karang adalah penyelamatan lingkungan. Sementara segala aktifitas manusia sadar atau tidak sadar, sedikit atau banyak akan berakhir pada eksploitasi lingkungan. Seberapa sering kita memproduksi karbondioksida setiap hari, seberapa sering kita menggunakan plastik, seberapa sering kita melangkah, bekerja dan beraktifitas dan seberapa banyak kita kemudian safety kegiatan kita sehingga tidak berakhir pada kerusakan. Walaupun demikian tentunya ada kerusakan yang masih dalam ambang batas keseimbangan ekologi. Akan tetapi kegiatan yang berlanjut secara terus menerus selama ribuan tahun dan tidak diimbangi dengan penyelamatan, maka apa yang kita rasakan adalah akibat dari perbuatan pendahulu yang tidak bersahabat dengan lingkungan, serta akibat dari perbuatan kita sendiri. Saatnya kita menyadari dari sekarang sebelum anak cucu kita menyesali betapa bodohnya kita dalam mengeksploitasi bumi ini.

Pola penyelamatan yang berkembang selama ini cenderung masih bersifat sektoral, belum ada sinergitas program secara menyeluruh antara lembaga. Di Kabupaten Kepulauan Selayar misalnya, Coremap telah hadir dengan program rehabilitasi dan Penyelamatan  terumbu karang,  sementara dalam kaitannya dengan konservasi Taman laut nasional Takabonerate, yang merupakan kawasan Taman nasional yang  terdiri dari karang atol terbesar ke-3 di dunia sudah hadir Balai Taman Nasional Takabonerate, kepolisian,kejaksaan,dan pengadialan juga bergerak dengan aturan main sendiri. Lembaga- lembaga yang memiliki kapability saja bekerja dengan sendiri-sendiri,belum lagi jajaran instansi di lingkup Pemerintah kabupaten Kepulauan Selayar, sampai saat ini belum ada sinergitas program yang mengarah pada penyelamatan terumbu karang. Kalaupun ditemukan adanya, lebih banyak muncul karena berdasar pada ide sendiri-sendiri yang kemudian bertemu pada saat program dijalankan masing-masing. Bahkan kebiasaan ini justru menyebabkan terjadi duplikasi program yang tidak disengaja, sehingga langsung atau tidak langsung itu adalah bagian dari pemborosan anggaran. Padahal jika integralisasi program dilakukan maka dapat tercipta pembagian peran yang terencana, sistematis dan berkesinambungan, .

Oleh karena itu diperlukan sebuah Pola integralisasi program yang melibatkan semua pihak, baik pemerintah, LSM,lembaga hukum,masyarakat dan seluruh stackeholder yang ada. Dan untuk merealisasikan Pola ini diperlukan kebijakan dari Pemerintah yang mencakup secara keseluruhan lembaga. Yang kami maksud disini adalah dibuat sebuah aturan baku yang memaksa semua pihak untuk bersinergi dan berintegrasi dalam program penyelamatan terumbu karang. Mengapa harus ada paksaan, karena jika kita menuntut sebuah kesadaran dalam kondisi saat ini , maka kesadaran itu akan muncul setelah kerusakan telah berubah menjadi bencana. Biarlah aturan yang mendidik semuanya menjadi sadar dan terbiasa untuk berprilaku sehat terhadap lingkungan.

Sampai saat ini Analisis mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) hanya diberlakukan pada pembangunan industri dan bangunan-bangunan tertentu. Hendaknya mulai saat ini analisis tersebut tidak hanya pada dampak, akan tetapi optimalisasi setiap program yang ada sehingga setiap program mendukung program penyelamatan lingkungan khususnya terumbu karang. Kami ambil contoh, belum terlihat adanya tambatan perahu, pelabuhan ataupun pemecah ombak yang dibuat oleh Dinas perhubungan yang kemudian disisinya bertuliskan “ mari selamatkan terumbu karang” tulisan itu justru hanya muncul pada pelatihan-pelatihan seminar dan sebagainya. Kapal-kapal angkutan barang, kapal penumpang seperti PELNI dan sebagainya belum bisa disinergikan untuk bekerjasama memberikan informasi bilamana dalam operasional mereka di jalan mereka menyaksikan terjadinya pemboman ikan dan sebagainya. Ini adalah contoh terluar, yang paling ironis adalah upaya penegakan hukum bagi para pelaku illegal fishing justru kita tidak melihat banyak dukungan dari institusi hukum. Hukuman yang ringan bagi para pelaku, bahkan acap kali tidak dihukum dan dibebaskan, ini semualah yang mesti dibenahi.

Salah seorang warga dari daerah di pesisir kepulauan Selayar, tepatnya dari Desa Tambolongan kec.Bontosikuyu. Sangat ironis ketika warga tersebut  mengatakan bahwa “ Dulu ketika belum ada Jagawana, belum ada Coremap, belum ada Polisi yang malang-melintang di laut kami, justru banyak ikan yang kami dapat ketika kami memancing, justru tidak ada pengeboman, tidak ada orang luar yang datang membom dan membius”. Pernyataan ini mungkin  tidak bisa dibuktikan secara faktual dalam skala ukuran perbandingan, akan tetapi ini adalah bentuk kesaksian yang muncul dari keputusasaan bahkan menandakan ketidakpercayaan masyarakat. Jika ternyata opini semacam ini berkembang dimasyarakat, bagaimana mungkin kemudian lembaga-lembaga yang ditunjuk untuk menjalankan program rehabilitasi dapat membangkitkan kesadaran, jika dibalik itu kepercayaan tidak dimiliki oleh mereka.

Oleh karena itu yang paling penting dilakukan sebelum pola penyelamatan dikembangkan lebih luas adalah pengawasan ketat terhadap para pelaksana program.  Bahkan jika perlu pertanggung jawaban pelaksanaan program bukan hanya pada pelaporan administratif saja, akan akan tetapi perlu dilakukan surfey atas output yang dicapai. Misalnya program DPL harus dilakukan surfey sejauhmana itu berkembang dan sejauhmana berjalan, karena bukan tidak mungkin DPL yang ada hanyalah kegiatan zonaisasi kawasan laut sebagai symbol, tanpa ada giat perlindungan di dalamnya. Jadi yang kami maksudkan sebagai Integralisasi Pola penyelamatan terumbu karang adalah integralisasi internal dalam tubuh lembaga observasi dan perlindungan terumbu karang dan integralisasi eksternal, yaitu bagaimana para pencinta terumbu karang dan perencana program melakukan diplomasi untuk memaksa seluruh lembaga berperan dalam program penyelamatan terumbu karang . menyusun program pelibatan menyeluruh dan mensinergikan setiap program yang muncul untuk mendukung penyelamatan terumbu karang atau setidaknya tidak merusak terumbu karang.

Dalam beberapa tahun terakhir, di kabupaten kepulauan serlayar sering ditemukan puluhan ton Pupuk Nitrat jenis Matahari, yang banyak digunakan oleh pelaku pembom Ikan sebagai bahan peledak. Faktanya adalah bahwa di daerah ini untuk sektor pertanian , para petani belum mengunakan pupuk jenis tersebut untuk pertanian mereka, sehingga jelas bahwa kedatangan Pupuk jenis ini adalah bahan untuk merakit Bom ikan. Untuk menghentikannya disinilah dibutuhkan kerjasama dengan Bea Cukai untuk mencegah barang tersebut masuk ke indonesia. Kerjasama dengan Pertanian untuk memberikan data daerah dan kuantitas jumlah Pupuk yang dibutuhkan, sehingga pasokan yang diminta tidak melebihi kebutuhan pertanian, dan kemudian dimanfaatkan oleh oknum yang tidakbertanggung jawab merusak.

Secara rinci Integralisasi Program penyelamatan Terumbu Karang  antara lain:
A.      Integralisasi Internal:
1.      Mengidentifikasi semua Lembaga dalam satu daerah yang memiliki kapabilitas secara resmi dalam program penyelamatan terumbu Karang.
2.      Melakukan surfey program atas lembaga-lembaga tersebut, untuk selanjutnya  dintegrasikan dalam satu program yang sistematis, terencana dan berkesinambungan dengan sistem pembagian tugas yang jelas, dan merevisi kelemahan setiap program
3.      Melakukan penguatan program penyelamatan Karang yang terstruktur dengan memanfaatkan kewenangan yang dimiliki masing-masing Lembaga.
4.      Dalam hal pelaporan dan pertanggung jawaban program tidak hanya dalam pelaporan administratife, tapi harus dilakukan surfey output program, sehingga akan muncul skala perbandingan sebelum dan sesudah program dijalankan.


B.      Integralisasi Eksternal:
1.      Melakukan diplomasi kepada pemerintah Pusat untuk menetapkan aturan baku tentang pelibatan semua lembaga dalam gerakan penyelamatan terumbu karang.
2.      Menjalankan program berbasis partisipasi dalam penyelamatan karang.

Beberapa strategi dalam  upaya penyelamatan dan pelestarian terumbu karang:
1.      Sistem pengawasan dan penegakan hukum

Untuk lebih efektifnya pelaksanaan penyelamatan dan pelestarian terumbu karang di suatu daerah maka pihak pemerintah daerah harus turut bersama dengan seluruh lembaga dan stackeholder untuk membicarakantentang aturan hukum yang disepakati dalam membuat suatu program dan kesepakatan bersama. Karena di masing-masing lembaga mempunyai aturan tersendiri. Upaya ini dilakukan adalah untuk menghindari terjadinya tumpang tindih kewenangan dalam penegakan hukum Contoh: Dinas kelautan dan perikanan mempunyai aturan perundang-undangan tentang perikanan, Jagawana mempunyai Undang-undang konservasi, Pol PP punya Perda dan pihak kepolisian mempunyai Kuhap dan KUHP. Selain itu dalam pelaksanaan patroli laut perlu diagendakan secara rutin dan secara kolaboratif antara lembaga. Upaya ini dilakukan demi menghindari saling tunjuk menunjuk antara lembaga dalam tugas dan wewenangnya masing-masing.

2.      Pemberdayaan masyarakat dalam hal pengelolaan tranplantasi karang secara besar-besaran atau budidaya karang dan ikan hias.

Diseluruh kawasan DPL yang ada di wilayah pesisir perlu dituntun dan dibina serta diberi penyuluhan secara tehnis tentang pengelolaan tranplantasi karang atau budidaya karang dan ikan hias sebagai mata pencaharian alternative. Dari hasil tranplantasi karang tersebut apabila sudah berkembang maka pihak pemerintah perlu mendatangkan investmen ke daerah untuk membeli hasil pengelolaan tarnplantasi karang, sebagai hasil komoditi masyarakat pesisir. Upaya ini dilakukukan demi menjaga kawasan DPL yang ada sekaligus bisa meningkatkan ekonomi masyarakat untuk dijadikan sebagai pembanding antara wilayah Coremap dan Non Coremap.

3.      Perlu adanya sinergitas dalam penyusunan rancangan dan pelaksanaan program seluruh Stackeholder harus dilibatkan dalam penyusunan rancangan dan pelaksanaan program agar bisa terjadi kemunikasi antara lembaga yang terlibat.



4.      Perlunya penyuluhan dan publikasi secara rutin
Pelaksanaan program Coremap pase II perlu melaksanakan penyuluhan dan pembinaan secara rutin kepada masyarakat pesisir, adapun masyarakat yang disuluh adalah betul-betul masyarakat pesisir yang beraktifitas sebagai nelayan bukan seorang pedagang atau staf Desa sebagaimana yang selama ini terjadi. Distepai kegiatan yang dilakukan oleh MCS, PA,CBM, RICT, Seto dan lain-lain harus dipublikasikan melalui media cetak lokal,regional dan Nasional.

5.      Pemerintah harus fokus terhadap program dan penganggaran
Disetiap penyusunan Draf APBD di setiap daerah Pemerintah harus membuat anggaran  skala prioritas yakni anggaran penyelamatan dan pelestarian terumbu karang yang disesuaikan dengan visi , misi dan program suatu daerah. Untuk itu pemerintah bukan hanya fokus kepada program akan tetapi juga focus terhadap anggaran prioritas.

Itulah beberapa aspek yang menurut hemat kami harus segera dibenahi dan dijalankan, adapaun tekhnis pelaksanaannya adalah berdasar pada aspek kinerja pada pelaksana program. Karena pada dasarnya jika program disusun maka yang menentukan adalah mental pelaksananya.


Kepulauan Selayar 26 Oktober 2010

PERLUNYA REVITALISASI SISTIM PENGAWASAN DAN PENEGAKAN HUKUM DALAM UPAYA PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN TERUMBU KARANG DI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR


Oleh : Andre Sunarta
LINGKARAN SETAN DALAM SISTEM PENGAWASAN
Sejak berdirinya Coremap pase I (pertama)  hingga Coremap pase II (dua) di Kabupaten Kepulauan Selayar, berbagai program telah disusun searah dengan arah kebijakan nasional dalam rangka penyelamatan terumbu karang.  Arah kebijakan tersebut kemudian menjadi acuan dalam pelaksanaan program, maka sebagai bagian dari lokasi program rehabilitasi dan penyelamatan terumbu karang di kabupaten kepulauan Selayar program Coremap kemudian dijalankan.  Meskipun pada akhirnya masyarakat Selayar bertanya apakah program ini berjalan pincang sehinga hasilnya jauh dari memuaskan. Sebelum kita berbicara tentang reingkarnasi lingkaran setan yang memporak-porandakan program, kami mengajak untuk melihat  pelaksanaan program Coremap di kabupaten kepulauan Selayar.

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa Coremap II dalam tahapan pelaksanaan program saat ini sudah sampai pada tahap Kelembagaan, oleh karena itu menyikapi kenyataan dilapangan khususnya di Kabupaten kepulauan Selayar, yang paling signifikan dan harus dievaluasi secara besar-besaran adalah kelembagaan dalam pola pengawasan dan penegakan hukum yang diterapkan. Perlu dilakukan revitalisasi sistim  pengawasan dan penegakan hukum karena jika kita berbicara tentang penjabaran program Coremap, maka program yang menghabiskan anggaran milyaran rupiah pertahun ini , menjadi tidak tepat sasaran, hampa dan tidak mencapai target karena kebobrokan sistim pengawasan dan penegakan hukum.

Berbeda ketika anda bertanya kepada pelaksana program mereka akan menjawab bahwa program  telah berjalan dan anda akan diperlihatkan susunan data yang konon berdasar dari hasil penelitian. Akan tetapi jika anda bertanya pada masyarakat awam khususnya nelayan, maka out-put dari program yang dilaksanakan lebih dari satu dekade ini hasilnya adalah Nihil.  Bahkan rehabilitasi dan penyalamatan yang dilakukan dapat dikatakan gagal, ini tentunya tidak dilihat dari mekanisme administratif akan tetapi pada hasil akhir  yang merupakan tujuan program dilaksanakan yaitu keselamatan dan kelestarian terumbu karang di kabupaten kepulauan Selayar. Faktanya adalah destructive fishing tidak menurun bahkan meningkat, program penyadaran masyarakat menjadi tidak relevan dengan kepercayaan masyarakat yang kian merosot terhadap pelaksana program, pengawasan yang tidak berjalan, penegakan hukum yang tumpang  tindih, daerah perlindungan laut (DPL) yang hanya sebatas zonaisasi  area, serta program mata pencaharian alternatif yang hanya merupakan program menghabiskan anggaran dan pemenuhan kuota program.
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa arah kebijakan program Coremap selama ini adalah berujung pada penyadaran masyarakat untuk ikut aktif menjaga kelestarian terumbu karang.  Akan tetapi program-program tersebut kemudian menjadi angin lalu, karena sistem pengawasan dan penegakan hukum  yang tidak berjalan sebagaimana mestinya telah melahirkan pencitraan buruk. Masyarakat tidak percaya kepada pelaksana program, masyarakat melihat secara kasat mata bahwa ketika mereka berniat untuk menjaga  terumbu karang disekitar lingkungan mereka, mereka justru menyaksikan di depan mata, orang luar datang melakukannya dengan intensitas yang lebih besar, kerusakan yang lebih besar, terorganisir dan bahkan terbackup kegiatannya. Disinilah muncul apa yang kami sebut lingkaran setan sebuah lingkaran terselubung yang terbentuk dari karakteristik oknum yang tidak bertanggung jawab, penyalahgunaan jabatan dan kewenangan yang berlangsung secara terus menerus dan merusak program secara totalitas. Kesadaran yang lahir dan terbangun  kemudian dengan cepat dimatikan oleh pencitraan oknum yang buruk, penegakan hukum yang tebang pilih, keterlibatan oknum di dalam sistem, backup kegiatan illegal dan sebagainya.
KEMBALIKAN HANTU PUTIH”
Mari kita kembali sejenak mengenang  Speed Boat Taka Lamongan di kabupaten kepualauan Selayar  pada tahun 2003. Para pelaku pembom dan pembius di kabupaten Kepualauan Selayar  menyebutnya sebagai “Hantu Putih”. Pada saat speed boat ini beroperasi kuantitas kegiatan Ilegal menurun drastis, banyak pelaku tertangkap, terbentuk harmonisasi antara pelaksana program dengan aparat yang tergabung dalam  MCS Coremap. Antusiasme masyarakat  terhadap program meningkat, bahkan banyak pelaku yang memilih berhenti dan mencari pekerjaan alternatif sendiri.  Program berjalan, pengawasan dan penegakan hukum berjalan dengan kehadiran si hantu putih. Namun  hal ini kemudian terhenti karena speed boat ini harus dikembalikan dengan alasan biaya operasional yang relatif tinggi. Padahal dengan output yang diberikan proyek tersebut layak untuk dipertahankan.

Perlu diketahui bahwa Lingkaran Setan sudah ada sejak saat itu, akibat beroperasinya Taka Lamongan di kabupaten kepulauan Selayar banyak pelaku yang tertangkap, banyak pelaku yang tak lagi mendapatkan keuntungan besar dari kegiatan illegal di laut, kejadian ini mengganggu dan hampir memutuskan rantai lingkaran setan. Akhirnya  mereka  melakukan upaya dengan cara menyusun permasalahan sedemikian rupa sehingga speedboat  harus di kembalikan, memarkir speed boat pada daerah yang berombak keras sepanjang musim barat, mengakibatkan kerusakan dan butuh dana besar untuk memperbaiki, Pada akhirnya hantu putih hilang di kabupaten kepulauan Selayar dan Lingkaran setan kembali terbentuk bahkan bereingkarnasi sampai saat ini.
Reingkarnasi tersebut kemudian melahirkan degradasi pada aspek pengawasan dan penegakan hukum. Salah satu contoh yang  paling ironis adalah kejadian pada awal tahun 2010 dimana kapal Milik Dinas perikanan dan kelauatan kabupaten kepulauan Selayar  KM.Tanadoang  tertangkap oleh patroli Jagawana  di Kawasan Taman nasional Takabonerate yang diduga digunakan untuk kegiatan Ilegal Fishing, Pelaku sempat menjalani proses hukum , namun kemudian kandas di tengah jalan. . Staf pada Dinas perikanan beralasan bahwa kapal tersebut dipinjam oleh Nelayan dan mereka tidak tahu bahwa Kapal tersebut akan digunakan membom . Bukan berarti alasan tersebut  salah, akan tetapi ini justru membuktikan kebobrokan pengawasan, bahwa jangankan penegakan hukum ,bahkan mereka tidak mengenal kepada siapa ia memberikan fasilitas. Ini salah satu kekhawatiran,  bahaw jangan sampai fasiltas yang diberika, dana yang diluncurkan untuk perlindungan terumbu karang justru digunakan untuk menghancurkan karang. Biaya penelitian lokasi terumbu karang, dan identifikasi spesiaes ikan, jangan sampai hasilnya justru digunakan sebagai pemetaan bagi para pelaku untuk mecari daerah subur untuk melakukan kegiatan Ilegal.
Disisi lain indikasi ketidak seriuasan dalam pengawasan dan penegakan hukum ini dapat dilihat dari kenyataan bahwa  saat ini Coremap II  Wakatoby, Raja Ampat dan Biak sudah menggunakan Speed Boat yang hampir sejenis dengan Taka Lamongan dan menunjukkan prestasi yang menakjubkan dalam pengawasan dan penegakan hukum. Namun Coremap II Selayar  tidak pernah ada niat untuk mengajukan usulan pengadaan speed boat kembali.
REVITALISASI SISTEM PENGAWASAN DAN PENEGAKAN HUKUM
Dalam hal pelaksanaan program hendaknya kita melihat aspek yang paling menentukan, pada dasarnya keberhasilan program adalah jika semua program berjalan beriringan. Dan khusus kabupaten kepulauan Selayar ketimpangan program adalah karena kegagalan program pengawasan. Oleh karena itu diperlukan revitalisasi untuk sistem pengawasan tersebut.

Pada kesempatan ini kami tidak dapat menyebutkan secara tekhnis bagaimana sistem yang seharusnya dijalankan dalam pola pengawasan dan penegakan hukum di Kabupaten Kepulauan Selayar, karena  beberapa daerah program sudah menjalankannya Raja Ampat , Wakatobi dan Bunaken  sudah menjalankannya. Jika sistem tersebut diberlakukan di Selayar dengan didukung oleh sarana yang memadai dan pelaksana program serta aparat penegak hukum yang professional, maka pengawasan akan berjalan.  Dan jika pengawasan dan penegakan hukum berjalan sebagaimana mestinyab, hal tersebut akan berimbas pada  program-program yang lain.Kerena masalah utama di Kabupaten kepulauan Selayar pada intinya adalah program Pengawasan dan penegakan hukum. Satu hal yang menjadi catatan bagi Coremap pusat adalah bahwa  bukan tidak mungkin ada program strategis yang merupakan inovasi daerah lain atau inovasi nasional yang dapat dijalankan di suatu daerah. Jangan terfokus pada usulan dari bawah karena, pola partisifatif yang dijalankan selama ini dengan mengatakan bahwa program yang diusulkan adalah aspirasi masyarakat, itu adalah omong kosong. Yang terjadi adalah para  fasilitator menyusun program sendiri, kalaupun dikomunikasikan ke masyarakat nanti setelah program itu dibuat atau dilaksanakan. Dalam kondisi seperti ini, kebijakan penyusunan program harus dilihat pada kebutuhan daerah yang mengarah kepada penyelamatan terumbu karang. bukan atas usulan orang perorang yang sarat dengan kepentingan.

Jika dimungkinkan dilakukan reposisi pelaksana program pengawasan, misalnya dengan menempatkan profesional dari luar kabupaten kepualaun selayar untuk mengendalikan pengawasan di wilayah Coremap II Selayar. Dengan kriteria bahwa orang tersebut  sudah memiliki citra dan dedikasi dalam hal pengawasan dan penegakan hukum. Bukan berarti orang Selayar  tidak mampu , akan tetapi kita harus tahu bersama bahwa Kabupaten kepulauan Selayar adalah daerah Pulau yang penduduknya masih memiliki keterikatan famili antara satu dengan yang lain. Kenyataan ini akan sangat berpengaruh  secara psikologis bagi pelaksana program pengawasan  dalam melaksanakan tugasnya jika yang bersangkutan berasal dari Selayar. Memang masalah di Kab.kepulauan Selayar  akan sangat sulit di selesaikan, jika Coremap Pusat hanya berdasar pada laporan pelaksana program semata. Maka pada akhirnya Coremap II hingga akhir masa program di selayar tidak akan membawa perubahan apa-apa.


Kep.selayar, 23 Oktober 2010

Kamis, 04 November 2010

BENCANA MENGAJAK KITA SEGERA SELEKSI DIRI

Hidup itu sederhana, jika anda berguna bagi sesama maka anda manusia dan jika anda berguna bagi lingkungan makan anda berhasil jadi makhluk. Karena jika tidak anda menjadi sampah yang menjadi beban bagi manusia lain dan menjadi beban bagi alam.
Ibarat Bumi ini kapal, kita semua penumpang, tapi di sebuah kapal ada Nahkoda, masinis, ataupu crew kapal yang lain. Sudah otomatis kita hidup menjadi beban bagi alam dan orang lain, tapi pada perkembangannya mampukah kita menjadi bagian dari crew kapal besar ini? Atau mampukah kita bermanfaat bagi saudara kita yang lain, atau kita berada pada posisi baraang tak berguna yang sepantasnya dibuang ke laut karena kapal telah kelebihan muatan.
Tuhan bekerja secara misterius tapi yang pasti ada seleksi alam. Bahkan manusia dengan hati nuraninya mampu menyeleksi dirinya sendiri.

Dengan semua bencana yang terjadi di indonesia dan dunia, maka sudah sepantasnya kita meNyelekasi diri kita , menempatkan diri kita pada tempat yang benar, atau membenarkan kerja kita. Karena jika tidak berbenah segera badai ini akan berlanjut dan kita tidak akan sampai ke pelabuhan berikutnya akan berlanjut dan kita dan kita akan tenggelam sebelum melihat cahaya pelab
Hidup itu sederhana, jika anda berguna bagi sesama maka anda manusia dan jika anda berguna bagi lingkungan makan anda berhasil jadi makhluk. Karena jika tidak anda menjadi sampah yang menjadi beban bagi manusia lain dan menjadi beban bagi alam.
Ibarat Bumi ini kapal, kita semua penumpang, tapi di sebuah kapal ada Nahkoda, masinis, ataupu crew kapal yang lain. Sudah otomatis kita hidup menjadi beban bagi alam dan orang lain, tapi pada perkembangannya mampukah kita menjadi bagian dari crew kapal besar ini? Atau mampukah kita bermanfaat bagi saudara kita yang lain, atau kita berada pada posisi baraang tak berguna yang sepantasnya dibuang ke laut karena kapal telah kelebihan muatan.
Tuhan bekerja secara misterius tapi yang pasti ada seleksi alam. Bahkan manusia dengan hati nuraninya mampu menyeleksi dirinya sendiri.

Dengan semua bencana yang terjadi di indonesia dan dunia, maka sudah sepantasnya kita meNyelekasi diri kita , menempatkan diri kita pada tempat yang benar, atau membenarkan kerja kita. Karena jika tidak berbenah segera badai ini akan berlanjut dan kita tidak akan sampai ke pelabuhan berikutnya akan berlanjut dan kita dan kita akan tenggelam sebelum melihat cahaya pelab

Jumat, 22 Oktober 2010

Upaya Rehabilitasi Ekosistem Terumbu Karang dengan Merintis Daerah Perlindungan Laut (Marine Protect Area) Berbasis Masyarakat

Belajar dari kerusakan hutan Indonesia, maka untuk menyelamatkan kelestariannya dibuatlah hutan lindung. Demikian pula di laut, sudah saatnya dibuat ”Daerah Perlindungan Laut (DPL)” untuk menyelamatkan ekosistem terumbu karang yang masih tersisa. Ternyata hutan lindung pun masih tetap dijarah di negeri yang serakah ini. Demikian pula dengan laut, banyak DPL yang masih tetap dijarah dan terjadi kegiatan pengrusakan terhadap ekosistem terumbu karang. Karenaya, terbukti di Indonesia ”hutan adat” jauh lebih terjaga kelestariannya dibandingkan hutan lindung. Karena hutan adat dimiliki oleh masyarakat dan dijaga oleh masyarakat. Demikian pula dengan di laut, Daerah perlindungan Laut Berbasis Masyarakat (DPL-BM) jauh lebih banyak yang memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan.

Secara alami, banyak masalah dan penyebab hilangnya terumbu karang baik lokal maupun global. Seperti penyakit, sedimentasi, spesies pendatang, pemutihan (bleaching), predator, karang keropos (osteoporosis of coral), tumbuhnya alga, dan badai. Selain itu, perubahan iklim global juga menjadi penyebab hilangnya terumbu karang. Stress berupa panas, dingin, terang, dan gelap, terutama meningginya suhu air laut menyebabkan kerusakan simbiosisme antara karang dengan alga pada karang tersebut (zooxanthella). Semakin banyak karbondioksida dilepas ke atmosfir semakin banyak pula yang kembali ke laut melalui air hujan dan mengubah pH (keasaman) air laut menjadi lebih rendah atau makin asam. Turunnya pH air laut ini menyebabkan karang menjadi keropos. Karang keropos ini jika dikembalikan ke kondisi air laut semula tidak dapat memperbaiki terumbu kembali.

Semua masalah dan penyebab itu kian diperparah dengan kegiatan manusia yang melakukan penangkapan ikan dengan bahan peledak, bahan kimia dan alat tangkap yang merusak karang serta kegiatan penambangan timah di daerah pesisir yang banyak terjadi di Pulau Bangka.

Pengelolaan sumberdaya kelautan berbasis masyarakat merupakan salah satu strategi pengelolaan yang dapat meningkatkan efisiensi dan keadilan dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam. Selain itu strategi ini dapat membawa efek positif secara ekologi dan sosial. Pengelolaan sumberdaya alam khususnya sumberdaya kelautan berbasis komunitas lokal sangatlah tepat diterapkan, selain karena efeknya yang positif juga mengingat komunitas lokal memiliki keterikatan yang kuat dengan daerahnya sehingga pengelolaan yang dilakukan akan diusahakan demi kebaikan daerahnya dan tidak sebaliknya. Seiring trend di dunia yang sedang giat-giatnya mengupayakan penguatan institusi lokal dalam pengelolaan laut (pesisir).

Laut tidak semata merupakan sebuah sistem ekologi, tetapi juga sistem sosial. Karena itu, pengembangan kelautan dengan memperhatikan sistem ekologi-sosial mereka yang khas menjadi penting. Kuatnya institusi lokal di pesisir merupakan pilar bangsa bahari. Bila mereka berdaya, aturan lokal mereka bisa melengkapi kekuatan hukum formal, mereka bisa menjadi pengawas laut yang efektif, menjadi pengelola perikanan lokal karena didukung pengetahuan lokal (traditional ecological knowledge) serta pendorong tumbuhnya ekonomi pesisir.

Pengelolaan sumberdaya kelautan berbasis Masyarakat ini bukanlah sesuatu yang baru bagi masyarakat. Sejak dahulu, komunitas lokal memiliki suatu mekanisme dan aturan yang melembaga sebagai aturan yang hidup di masyarakat dalam mengelola sumberdaya alam termasuk di dalamnya sumberdaya kelautan. Hukum tidak tertulis ini tidak saja mengatur mengenai aspek ekonomi dari pemanfaatan sumberdaya kelautan, namun juga mencakup aspek pelestarian lingkungan dan penyelesaian sengketa.

Faktor utama yang menyebabkan kerusakan ekosistem terumbu karang di Indonesia karena kurangnya kepedulian masyarakat untuk menjaga dan melestarikan ekosistem ini. DPL-BM merupakan program dengan kegiatan utama memberikan wawasan kepada masyarakat dan menanamkan kepedulian untuk bersama-sama menjaga ekosistem pesisir yang ada disekitarnya yang dijadikan DPL-BM. Dengan program DPL-BM, masyarakat akan dirangsang untuk mengembangkan kearifan lokal, peningkatan rasa memiliki terhadap ekosistem terumbu karang sehingga akan berkembangnya metode penangkapan yang ramah lingkungan dan lestari. Selain itu, akan berkembang pula mata pencaharian alternatif selain penangkapan seiring berkembangnya wawasan masyarakat pesisir.

DPL-BM merupakan program konservasi laut yang berdasarkan aspirasi masyarakat, dilaksanakan oleh masyarakat dan untuk kesejahteraan masyarakat. Program ini melibatkan masyarakat sekitar sebagai pengawas yang akan terus menjalankan program dalam menjaga kelestarian ekosistem terumbu karang. Pakar terumbu karang asal Amerika Serikat (AS), Dr Knowlton mengatakan bahwa salah satu cara melestarikan terumbu karang yang patut dipertimbangkan ialah membuat sebanyak-banyaknya Daerah Perlindungan Laut (Marine Protected Area) seperti Taman Nasional Laut, Cagar Alam Laut, dan Suaka Margasatwa Laut. Sebab, terumbu karang merupakan biota yang dapat memperbaiki dirinya sendiri setelah kerusakan, namun perlu didukung dengan strategi pemulihannya (Republika, 13 Mei 2009).

Sudah saatnya proyek pembangunan kelautan bukan hanya milik pemerintah daerah dan pemborong proyek tapi juga melibatkan peran serta masyarakat sehingga masyarakat punya rasa memiliki terhadap proyek yang dilakukan. Pelibatan itu seharusnya dimulai dari tahap awal hingga akhir kegiatan, dan ini tergambar dalam pengembangan konservasi laut berbasis masyarakat (DPL-BM).

Model perlindungan laut berbasis masyarakat (DPL-BM) akan lebih menguntungkan dan efektif dalam pemulihan ekosistem terumbu karang yang telah rusak dan melestarikan ekosistem yang masih baik di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Pemerintah Daerah tingkat kabupaten/kota telah mengeluarkan banyak dana untuk proyek penanaman karang buatan. Berdasarakan kondisi itu, akan lebih efektif bila anggaran dana yang besar tersebut digunakan untuk kegiatan melindungi ekosistem terumbu karang yang kondisinya masih baik daripada harus digunakan untuk dana rehabilitasi yang keberhasilannya belum tentu terjamin.

Jika kita beraksi sekarang, masih banyak tempat di mana terumbu karang masih bagus dan ikan-ikan melimpah dapat diselamatkan. Cerita sukses tentang konservasi terumbu karang memang masih sedikit, tetapi ada! Dan ini adalah saatnya untuk memberikan kepercayaan dan tanggung jawab kepada mayarakat untuk menjaga lingkungan disekitarnya dengan pihak pemerintah daerah, akademisi dan LSM yang benar-benar peduli terhadap lingkungan dan kesejahteraan masyarakat dapat membantu dalam membina penguatan kelembagaan masyarakat dalam membentuk DPL-BM. Kini saatnya untuk mencoba merintis DPL-BM di daerah ini!!

Jumat, 24 September 2010

Menuju TIE 2010 Selayar harusnya belajar dari Manado

Keberhasilan Manado menjadi tuan rumah event internasional patut menjadi pelajaran. Khususnya bagi Selayar yang akan menggelar kegiatan internasional, Oktober mendatang. . Manado pada tahun lalu berhasil menggelar 2 (dua) Event berskala Internasional yang terbilang sukses  yaitu World Ocean Conference (WOC)  dan Sail Bunaken  . Salah satu catatan yang perlu diketahui bahwa mereka menggunakan Event organizer  di luar borokrasi dalam penyelenggaraan kegiatan tersebut.
Salah seorang staf Disbudpar Sulsel, yaitu Julianus pada pelaksanaan . World Ocean Conference (WOC) mengatakan "Ini membuka mata kita bagaimana mengemas sebuah even secara profesional. Di Sulsel, kita terbiasa menjadikan PNS sebagai event organizer. Padahal, itu bukan tugas mereka," kata Julianus. Hal ini di dukung oleh Koordinator Forum Jurnalis Bahari Wilayah Timur Indonesia, Supardi Idris. Menjelang pelaksanaan Takabonerate Island Ekspeditions 2010 di Kabupaten Kepulauan Selayar, tampaknya kita kembali membuat kesalahan dengan menyusun Pelaksana dan event organizer semuanya dari PNS. Padahal  PNS selain  memiliki kesibukan tersendiri mereka juga tidak terlatih dalam mengemas sebuah Item. PNS dalam bekerja butuh intruksi secara berjenjang, padahal dalam event seperti ini diperlukan kreativitas dan Inovasi. Sehingga tidak mengherankan jika sampai kepada persoalan kecil, itu harus ditangani oleh Bupati dan sebagainya. Dan perlu diketahui di kabupaten Kepulauan Selayar ada banyak IO yang sudah malang melintang melaksanakan event, mereka sudah cukup berpengalaman.  Dapatkah kemudian Pemkab Kepulauan Selayar membuka ruang bagi warganya untuk berpartisipfasi dan berinovasi.” Tegas Supardi”.
Bawah laut Takabonerate
Dari segi potensi wisata, Takabonerate bisa disebut luar biasa. Taman Nasional Takabonerate memiliki karang atol terbesar ketiga di dunia setelah Kwajifein di Kepulauan Marshal, dan Suvadiva di Kepulauan Moldiva. Luas atol tersebut sekitar 220 ribu hektare dengan terumbu karang yang tersebar datar seluas 500 km. Topografi kawasan juga terbilang unik dan menarik. Atol yang terdiri dari gugusan pulau-pulau gosong karang dan rataan terumbu yang luas dan tenggelam, membentuk pulau-pulau dengan jumlah yang cukup banyak. Di antara pulau-pulau gosong karang, terdapat selat-selat sempit yang dalam dan terjal. Pada bagian permukaan rataan terumbu, banyak terdapat kolam-kolam kecil yang dalam dan dikelilingi oleh terumbu karang. Pada saat air surut terendah, terlihat dengan jelas daratan kering dan diselingi genangan air yang membentuk kolam-kolam kecil. Sampai sekarang, terumbu karang yang sudah teridentifikasi sebanyak 261 jenis dari 17 famili. . Ini layak terjual dan harus terjual oleh karena itu mari kita jual secara Profesional. “ lanjut Supardi Idris”.
Informasi terakhir bahwa seluruh Event yang akan digelar dalam Takabonerate Island  Expeditions 2010 diambil alih oleh Pemerintah Propinsi, nah dari kebijakan ini saja berarti kita tidak dipercaya melaksanakan event akbar ini.Akankah masyarakat Selayar jadi penonton di rumahanya sendiri ?


Andre Sunarta

Rabu, 22 September 2010

Siapa Bilang Takabonerate Rusak?

ANDRE SUNARTA
| 5 September 2010 | 19:16
Takabonerate adalah salah satu Taman nasional yang merupakan aset Indonesia, yang terletak di kabupaten Kepulauan Selayar. Banyak yang kemudian menilai bahwa Takabonerate sudah rusak,jawabannnya tidak. Jika kemudian ada yang mengatakan rusak, termasuk laporan DisKP Kab.kepulauan Selayar yang konon katanya adalah hasil penelitian, perlu diketahui bahwa ketika Tim peneliti datang mereka di pandu oleh penyelam Amatiran yang hanya berkutat dikisaran yang tak berbobot. laporan disusun sedemikian rupa untuk mengundang keprihatinan nasional dan dunia untuk kemudian mendatangkan anggaran yang melimpah. itu adalah politik birokrasi yang telah merugikan masyarakat Sendiri. kami memiliki Dokumen perjalanan tentang Takabonerate yang kami kumpulkian dalam 3 (tiga) bulan terakhir .( selengkapnya Lihat http//:pesonahbawahlautselayar.blogspot.com, meskipun kami hanya sempat mengupload beberapa gambar tapi kami memiliki ribuan kutipan dari tiga fotografer yang melakukan dokumentasi, baik sebagi hobby maupun untuk menjawab bahwa Takabonerate adalah kawasan yang paling menakjubkan. Dr. Bnenedicta Wayan Suryani yang sering melakukan jelajah Diving di Selayar dan sering melakukan tour di seluruh kawasan Ta,man Nasional nusantara termasuk Bunaken, Wakatoby dan Raja Ampat bahkan masih meyakini bahwa takabonerate masih jauh lebih baik dari ke-3nya. Yang membuat Takabonerate masih dipandang sebelahmata adalah dukungan pemerintah kabupaten Kepulauan Selayar yang tidak propesional dalam mengolah pariwisata bahari Selayar.


Perlu dikatahui bahwa Kawasan nasional Takabonerate memiliki Karang Atol terbesar ketiga di Dunia. Pada 2 (dua) pekan yang lalu 8(delapan) orang Diver yang berkunjung ke Selayar dan dipandu oleh Dr.benedicta wayan Suryani bahkan meyakini bahwa takabonerate adalah sorga bagi para penikmat keindahan bawah laut. Salah satu Fotografer yang menetap di Selayar MR.Bernhard,GM bahkan saat ini salah satu gambar yang diperolehnya di Kawasan nasional takabonerate menjadi Top Picture di salah satu Majalah Australia.

Kami mengatakan bahwa keindahan takabonerate kjustrun banyak dipuji oleh orang luar, coba teman-teman buka tentang keindahan Takabonerate di Google dan sebagainya, atau buka website Pariwisata Selayar, Dinas Kelautan dan perikanan dan Lain-lain. maka akan muncul alasan kami bahwa ternyata yang mengenal Takabonerate secara lebih professional adalah orang Luar, yang mensosialisasikan adalah orang luar, orang di dalam hanya berbuat jika ada anggaran. STOP!

Kami dan teman-teman meskipun bukan bagian dari Birokrasi kompleks yang membingunkan akan berbuat untuk Selayar khususnya Takabonerate. Dalam waktu dekat ini kami akan melaksanakan PAMERAN BAHARI SELAYAR 2010, dalam Event itu kami akan menampilkan Ratusan Gambar-gambar dokumentasi keindahan bawah laut Selayar. Teman -teman bisa melihat sample gambarnya pada Blog kami di http;//forjubiindonesiatimurblogspot.com

andre sunarta

Rabu, 15 September 2010

KONDISI KARANG BATU DI PERAIRAN PULAU TANAJAMPEA, KABUPATEN SELAYAR



Karang batu merupakan salah satu komponen pembentuk ekosistem terumbu karang dan peranannya sangat penting baik secara biologi maupun ekologi di dalam suatu perairan pesisir. Penelitian terumbu karang di perairan Pulau Tanajampea, Kabupaten Kepulauan Selayar Sulawesi Selatan dilakukan pada bulan Nopember 2007 dengan menggunakan metode transek garis. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kondisi karang batu perairan Pulau Tanajampea. Hasil analisis menunjukkan bahwa persentase tutupan karang batu tertinggi di Pulau Tanajampea yaitu 44,43 persen yang dijumpai di Stasiun 2 dan terendah 26,33 persen di Stasiun 1. Nilai keanekaragaman jenis (H) karang batu tertinggi 1,04 dijumpai di Stasiun 2 dan terendah 0,83 di Stasiun 4. Kemerataan jenis (j) karang batu tertinggi 0,58 dijumpai di Stasiun 3 dan terendah 0,48 di Stasiun 4. Jenis karang batu yang diperoleh sebanyak 111 jenis yang mewakili 16 suku. Secara umum kondisi karang batu di Pulau Tanajampea masih baik dan masuk dan kategori sedang. Kata kunci: Kondisi, karang batu, Tanajampea, Selayar.Jemmy Souhoka

480 Karung Bahan Peledak Diselundupkan ke Selayar Sulsel


MAKASSAR- Direktorat Kepolisian Perairan Polda Sulsel, mengamankan 480 karung bahan peledak selundupan yang akan diselundupkan ke Sulawesi Selatan. Kuat dugaan bubuk bahan peledak yang tersimpan dalam karung pupuk itu akan digunakan nelayan merakit bom ikan. Bahan peledak tersebut diamankan polisi saat melakukan patroli di wilayah perairan Takabonerate Selayar, Senin (13/9) malam sekira pukul 20.00. Selain barang bukti, polisi juga menangkap dua pelakunya bernama Sukri (45), dan Hasan (25).

Kedua pelaku berikut barang buktinya 480 karung pupuk berisi bahan peledak diamankan di kantor Dit Polair Jalan Pasar Ikan. Penangkapan pelaku bersama barang buktinya, ketika petugas Polair dipimpin Komandan Tim Patroli, Iptu Tombong mencurigai kapal yang memuat ratusan karung.

"Kami langsung mendekati kapal itu. Saat diperiksa, ternyata semuanya bukan pupuk melainkan bahan peledak untuk merakit bom ikan. Dua pelaku dan barang buktinya kemudian kami bawa ke kantor untuk diamankan," kata Tombong, Selasa, (14/9).

Menurut Tombong, bahan peledak itu rencananya akan diedarkan kepada para nelayan di kawasan perairan Selayar dan sekitarnya. Saat ini, kata dia, pihaknya sedang rutin menggelar patroli di perairan Selayar.

Direktur Dit Polair Polda Sulsel, Kombes Pol Agus Sutikno yang dikonfirmasi membenarkan penangkapan tersebut. "Hukuman bagi pelaku bom ikan tentunya sangat berat," tegas Agus.
 ( dikutip dari /jpnn)

Rabu, 08 September 2010

Ben, Dokter Mata Dari Sileya




Dua remaja terlihat sedang memilah t-shirt yang tertata di lemari kaca. Mereka mencari baju kaos bernuansa laut yang pas. Keduanya adalah alumni Perikanan Unhas, pemerhati konservasi terumbu karang yang sedang bertamu ke rumah, tempat praktek sekaligus toko souvenir mini di Jalan Siswomiharjo Benteng.
Melihat saya datang, tuan rumah segera berdiri danmenyalami “Eh, akhirnya ketemu juga” Sapanya. Dia, dr.Benedicta Wayan Suryani Wulandari, Sp.M, satu-satunya dokter spesialis mata yang mendarmabaktikan keahliannya di kabupaten paling selatan di Sulawesi Selatan ini. Ben, begitulah sapaannya telah tiga tahun mengabdi di RSUD Selayar.
“Beginilah adanya” Sambungnya. “Toko kecil ini salah satu inisiatif bersama kawan-kawan yang peduli konservasi kelautan dan demi menjawab pertanyaan, para wisatawan saat ke Selayar, “Apa ya, ole ole khas Selayar, utamanya Taka Bonerate?”. “T-shirt!, yang bercorak alam atau penyelaman” Tandasnya.
“Ternyata banyak juga kawan-kawan di Benteng yang mempunyai minat dan ketertarikan pada konservasi alam laut Selayar”. Katanya. “Dari merekalah kami bahu membahu terlibat dalam persiapan dan pelaksanaan Taka Bonerate Expedition bulan Oktober lalu yang diluncurkan Gubernur SYL.
“Kami hendak menunjukkan bahwa banyak pilihan yang dapat ditempuh dalam geliat pariwisata di Selayar ini. Kami juga sisihkan laba dari jual baju ini untuk kepentingan konservasi dan pengembangan kegiatan sejenisnya” paparnya.
Bagaimanapun upaya yang ditunjukkan oleh sang dokter mata ini layak dipuji. Saya yang sejak tahun 1995 telah mengunjungi Taka Bonerate belum melihat perkembangan sebagus dan sekreatif ini jika membandingkan inisiatif dan daya tarik kegiatan wisata seperti yang telah ditunjukkannya setelah Ahmad Yani, staf Balai TN Taka Bonerate hengkang ke Kalimantan.
Selain itu, bagi yang pernah atau sering ke Selayar, tentu mafhum bahwa betapapun perkembangan daerah di Indonesia telah demikian pesatnya pasca bergulirnya otonomi daerah, kesan minimnya kapasitas dan akses yang terbatas menuju dan dari Selayar menjadi cerita tersendiri. Disebut tersendiri karena Selayar menjadi pengecualian.
Untuk ke sana, kita harus menyeberangi lautan dengan naik fery atau kapal laut. Ataupun jika berani, bisa menguji nyali dengan naik pesawat kecil berpenumpang 25 orang (sebelumnya hanya 10 orang). Faktor cuaca dan ganasnya gelombang sering menjadi kendala jika hendak mengunjungi Selayar. Terkait keterbatasan sumberdaya, satu hal yang kerap disebutkan orang pada sektor kesehatan adalah tidak adanya dokter spesialis.
Tahun 2003, saat saya terakhir ke sana, belum ada dokter spesialis (dokter gigi adalah pengecualian) yang mau menetap dan berpraktek di sana. Beberapa pasien harus dirujuk ke Makassar jika mengalami derita terkait penyakit dalam, kandungan, THT atau mata.
Dalam bulan Desember 2009, saya berkenalan dengan dua dokter spesialis, yang satunya dokter THT dan satunya lagi dokter mata. Yang dokter THT adalah kakak dari dosen saya di Ilmu Kelautan Unhas yang asli Selayar sedangkan dokter kedua adalah Dokter Ben.
Dokter Ben, spesialis mata kelahiran Gianyar,Bali yang mulai menyatu dan benam di kehidupan Pulau Sileya, (kini Selayar) yang menyelesaikan gelar dokternya di Universitas Airlangga, Surabaya bersuamikan dokter yang juga spesialis penyakit dalam bernama dr.Mario, dokter tetap pada Rumah Sakit Stella Maris di Makassar.
Kesan pertama saat bertamu ke rumahnya adalah kesan persahabatan dan keluasan wawasan dari dokter yang multi talenta dan luar biasa ini. Ini pula yang membuat saya tertarik untuk menulis sesuatu tentangnya. Saya menumpang mobil dinasnya pada tanggal 22 Desember. Tentu ini kesempatan bagus untuk mendengar kisahnya.
Saat saya berkunjung ke rumahnya, di ruang tamu, puluhan buku-buku kelautan, peta, biologi laut, ekologi terumbu karang dan informasi pariwisata teronggok di atas meja. Dua meja dengan desain indah karena diisi oleh pasir dan cangkang biota laut yang diperolehnya dari menyelam, mengisi bagian dalam meja yang ditutupi oleh kaca. Meja di ruang tamunya terlihat seperti akuarium laut kering.
Bukan hanya itu, di toko souvenir yang diberi nama “Lantigiang” salah satu nama taka (gosong pasir) dalam taman nasional Taka Bonerate ini juga tempat bertemunya para sahabat dan pemerhati konservasi kelautan.
“Keluarga kami tinggal di Kompleks IDI Antang, Makassar”. “Pak Komar seusia dengan suami saya. Angkatan 89 kan?” Katanya suatu ketika. Ben sendiri jika di Selayar tinggal di Jalan Siswomiharjo, di bagian timur pusat kota Benteng.
Keesokan harinya, pada hari Selasa tanggal 22 Desember, saya, dokter Ben, dan dua sahabatnya, Monica (staf pada Taman Nasional Taka Bonerate) dan ibu dari Yanti, seorang polisi taman nasional menuju Makassar. Mereka bertiga rupanya hendak pulang memperingati natal dan tahun baru 2010.
Cinta Laut
“Saya belajar menyelam dari Mr. Bernhard di resort Baloiyya” Katanya saat kami di atas fery KMP Bontoharu dalam perjalanan dari Pamatata ke Bira.“Dari Bernhardlah, saya merasakan betapa mengasikkannya menikmati keindahan bawah laut”. Perairan dalam Taman Nasional Taka Bonerate itu sangat indah, potensinya yang dapat dikembangkan. Demikian pula pada beberapa titik di barat dan timur pulau utama Selayar juga merupakan lokasi selam yang menarik, seperti Appatanah, Jammeng dan Barugaiya.
Bernhard seorang Jerman, manajer pada satu resort di Baloiyya, selatan Benteng. Untuk dapat lisensi menyelam darinya kita mesti menyiapkan anggaran maksimum 3 Juta. Dengan itu, sertifikat selam PADI dapat diperoleh, tentu saja jika berhasil menerapkan teknik-teknik menyelam standar dan sesuai dengan kaidah internasional.
“Bernhard, memanggil saya dengan sebutan Bennie” Ucapnya. Dia sangat berjasa mengajari saya menyelam. Di tempat Bernhard, saya belajar dan berkenalan banyak turis. Saya belajar banyak hal tentang kepariwisataan bawah laut darinya. “Dengan menyelam,keberadaan saya di Selayar menjadi semakin bernilai.
Selam, seperti kunci membuka tabir keindahan bawah laut. Daya tarik utama yang telah memberi nuansa baru kebahagian tak terkira. “Selayar ini indah loh” Katanya. Ben telah menjajal beberapa titik penyelaman favorit (dive spot) utama di kawasan Taman Nasional Taka Bonerate. Tak terhitung titik-titik penyelaman yang telah dikunjungi seperti di tubir Pulau Tinabo, Pulau Latondu, Tinanja dan beberapa titik penyelaman di laut utama Selayar.
“Kami tidak ragu untuk memanfaatkan wiken dengan berkunjung ke Taman Nasional Taka Bonerate” Katanya. Tentu saja jika kami ingin menikmati keindahan menyelam, mesti merogoh kocek namun dengan bersama kawan-kawan semua menjadi ringan” Katanya lagi.
“Kami pernah ke Tinabo, base jagawana Taman Nasional dengan hanya menempuh sekitar dua jam dengan speedboat. Kami berangkat hari Jumat sore dan pada keesokan harinya, menikmati penyelaman dengan sepuas-puasnya” Katanya. Pulau yang indah, seperti di Tinabo itu merupakan surga rekreasi. Snorkling dan diving dapat dilakukan dengan sepuasnya. Di sana tersedia tabung scuba dan kompressor.
Dokter Ben, rupanya sadar bahwa selain keberanian merencanakan ekspediri penyelaman, pengorbanan untuk mengeluarkan uang demi kepuasan menikmati alam laut itu adalah keniscayaan. Inisiatif seperti ini sangat menarik apalagi jika dilakukan secara berombongan, anggaran bisa diminimalkan dengan sistem sharing biaya.
“Di Selayar, suasana akrab antara kami berjalan dengan sukarela. Beberapa kawan dari Kantor Taman Nasional Taka Bonerate dan rekan seprofesi adalah mitra dan merupakan teman diskusi yang baik” Kami belajar satu sama lain.
“Dengan kemampuan menyelam, saya juga ikut kegiatan Sail Bunaken di Manado bulan Agustus 2009 lalu, menyelam di Bunaken dan sekitar Pulau Lembeh di Bitung. “Saya ke sana bersama dr.Ibel, seorang wanita tangguh yang kini kembali Jawa. Dengan alat penyelaman yang disewa, kami berdua yang memanggul tabung dan peralatan selam lainnya. Kami berpetualang dengan gaya tak terkira saat mengunjungi Pulau Lembeh di Sulawesi Utara” Ungkapnya.
Saat di atas fery, saya memerhatikan logbook penyelamannya yang sedang dibukanya. Data-data berikut tertulis dari log book menyelam yang ada di tangannya, “jumlah penyelaman sebanyak 152, menyelam pada 14 Oktober 2009, dan kedalaman maksimum 21,9 meter”.
Dalam waktu dua tahun, wanita ini telah menyelam sebanyak 152 kali. Fantastik! Pada kedalaman yang tidak semua dokter spesialis mampu melakukannya. Wanita ini kemudian mengeluarkan jam bertuliskan SUUNTO, Mosquito, inilah alat bantu yang mencatat, mengingatkan dan memberinya peringatan saat sedang melakukan penyelaman. Bahkan, jika dia terlalu cepat naik ke permukaan.
Siapa sangka atlet olahraga bela diri kempo saat masih tinggal di Bali ini masih tergolong baru di olahraga selam. Tapi jika membaca catatan di atas tentu bukanlah hal biasa. Luar biasa.
“Saya datang ke Selayar dalam bulan Pebruari tahun 2006. Walau musim barat, saat itu saya menggunakan pesawat udara berbadan kecil” Katanya. Padahal, banyak kawan-kawannya yang tidak menyangka bahwa ia rela berpraktek di pulau jauh ini. Banyak cerita kawan-kawan yang cenderung terkesan negatif tentang Selayar, namun ini saya tepis, sepanjang kita punya niat baik tentu yang datang adalah yang baik pula” Katanya.
Bukan Hanya Selam
Profesinya sebagai dokter spesialis mata adalah derajat tersendiri namun di balik profesi itu siapa sangka bahwa dia adalah aktivis yang peduli warga dan organisasi sosial.
Dia sosok penting pada terbentuknya perkumpulan pesepeda (biker) “Gele bike club” di kota Benteng, dia juga yang menginisiasi lahirnya klub selam bernama Sileya Diving Club – Sileya Scuba Divers, SDC yang mengambil nama lawas pulau Selayar, “Silea”. Konon, menurut sejarah, dahulu kala, Pulau Selayar dikenal dengan nama Sileya. Itulah mengapa para diver sebanyak 15 orang yang bernaung di organisasi ini memilih nama Silea Diving Club.
“Saya belajar banyak hal dari kunjungan saya ke pulau-pulau dalam Taman Nasional Taka Bonerate. Bahkan hingga Pulau Jampea” Katanya.
Selama kurun waktu tahun 2006 hingga akhir tahun ini berbagai kisah dan pencapaiannya bersama kawan-kawan yang peduli dengan pengembangan Kabupaten Kepulauan Selayar mengalir darinya. Dari urusan profesi, bakti sosial hingga cerita suka duka pasien mata.
Kunjungannya ke pulau Jampea dengan menumpang kapal laut berjam-jam merupakan tantangan tersendiri. “Saya mencatat cerita-cerita yang menggugah dan sekaligus memiriskan saat melihat fakta kehidupan masyarakat pula, utamanya kaum wanita” Imbuhnya.
Tentu ini hal yang sangat istimewa dan langka. Ben, dokter mata yang menggeluti dunia bawah air sebagai diver atau penyelam dan juga peka sekitar. Bukan hanya itu, kecintaannya pada laut dan segala asosiasinya telah memberikan perspektif baru bahwa dokter spesialis yang konon masih dianggap pekerjaan paling ekslusif dan mewahan, ternyata tidak terbukti padanya.
Di Pasitallu, dia terkaget kaget saat mendapati seorang wanita belia, bahkan layak disebut anak gadis berumur 13 tahun mengalami pendarahan. “Saya diberitahu oleh Ibu anak perempuan yang berdarah ini. Dia bilang, kenapa ini anakku berdarah-darah dokter” Ceritanya dalam logat Selayar yang terkesan lucu.
“Saya bilang, biasaji itu kalau anak gadis, biasa memang kalau haid pertama banyak pendarahan” Katanya kepada ibu si anak perempuan itu.
Dokter Ben menjadi kaget saat si ibu berujar, “O Tidak, ini pendarahan kedua. Anak ini sudah pernah pendarahan lagi. Ini kehamilan kedua yang berdarah-darah” Mata Ben terbelalak (dia menunjukkan mimik terheran-heran) saat mendapat penjelasan dari orang tua si gadis bahwa ini adalah pendarahan kedua bukan karena haid pertama tapi karena sedang hamil dan keguguran.
“Bagaimana tidak keguguran kalau rahim si anak belum kuat menampung si calon jabang bayi” Bisiknya. Kejadian ini bukan hanya sekali. Pada pulau jauh seperti Pulau Pasitallu Timur, Kecamatan Taka Bonerate, peristiwa kawin muda menjadi hal biasa. Mereka melahirkan anak namun yang menjaga dan merawat di bayi adalah neneknya. Ibunya malah pergi main dengan anak-anak sebayanya” Cerita Dokter Ben.
Banyak kejadian yang mencengangkan dan menjadi catatan tersendiri bagi dirinya bahwa nun jauh di sana, di pulau-pulau terpencil kehidupan wanita begitu menjadi beresiko. Seorang anak remaja dalam usia yang layaknya bermain riang dengan temannya, ternyata sudah harus mengasuh anak dan bahkan menanggung beban berat karena kawin muda.
“Pernah pula” Katanya. Seorang ibu datang berobat karena matanya rabun alias kabur. Yang mengherankan karena dia mengaku hanya mata kirinya. Ya, hanya mata kirinya. Setelah diperiksa dan konsultasi gejalanya akhirnya, direkomendasikan untuk membuat kacamata khusus rabun kiri”. Tapi, dua minggu kemudian, sang istri datang lagi. “Dokter, bagusmi mataku” Kata wanita itu.
Dokter Ben kemudian dibisiki oleh si ibu, “sebenarnya, mata saya rabun karena dipukul suami” katanya sambil tersipu. “Ah kenapa pula ada suami yang tega memukul istrinya? Wanita yang mestinya disayangi” Kata Ben.
“Dibutuhkan kepekaan pada lingkungan dan sosial”. Saya menggarisbawahi kalimat ini bahwa apa yang ditunjukkan oleh Dokter Ben, adalah sesuatu yang mestinya niscaya dilakukan oleh semua kita. Dalam profesi apapun, kita harus melakukan hanyak hal, kecil atau besar untuk mempertahankan keutuhan lingkungan dan sekitar dengan saling meyayangi.
“Itu yang dapat dilakukan di Selayar, menjaga potensi sumberdaya laut dan mengajak semua pihak untuk bahu membahu mengelolanya dengan bijaksana dan menguntungkan bagi sesama.
“Sebagai dokter, kitapun harus selalu mengasah kepekaan pada sekitar, alam dan manusianya” Katanya.“Suami saya bilang, alangkah menyenangkannya bagi seorang dokter jika pasien datang berkeluh kesah dan setelah konsultasi dan mengobatinya lalu dia datang dalam beberapa hari kemudian dengan senyum dan ucapan terima kasih” tutupnya.
Kita beruntung bisa menyelami kisah Dokter Ben, hal yang tak lazim bagi seorang dokter spesialis di negeri selatan bernama Sileya atau Selayar. Negeri indah sarat sejarah dan potensi sumberdaya alam laut yang spektakuler.
Daeng Nuntung

Pengikut