Mengenai Saya

Foto saya
KOORDINATOR FORUM JURNALIS BAHARI KAWASAN INDONESIA TIMUR

Jumat, 24 September 2010

Menuju TIE 2010 Selayar harusnya belajar dari Manado

Keberhasilan Manado menjadi tuan rumah event internasional patut menjadi pelajaran. Khususnya bagi Selayar yang akan menggelar kegiatan internasional, Oktober mendatang. . Manado pada tahun lalu berhasil menggelar 2 (dua) Event berskala Internasional yang terbilang sukses  yaitu World Ocean Conference (WOC)  dan Sail Bunaken  . Salah satu catatan yang perlu diketahui bahwa mereka menggunakan Event organizer  di luar borokrasi dalam penyelenggaraan kegiatan tersebut.
Salah seorang staf Disbudpar Sulsel, yaitu Julianus pada pelaksanaan . World Ocean Conference (WOC) mengatakan "Ini membuka mata kita bagaimana mengemas sebuah even secara profesional. Di Sulsel, kita terbiasa menjadikan PNS sebagai event organizer. Padahal, itu bukan tugas mereka," kata Julianus. Hal ini di dukung oleh Koordinator Forum Jurnalis Bahari Wilayah Timur Indonesia, Supardi Idris. Menjelang pelaksanaan Takabonerate Island Ekspeditions 2010 di Kabupaten Kepulauan Selayar, tampaknya kita kembali membuat kesalahan dengan menyusun Pelaksana dan event organizer semuanya dari PNS. Padahal  PNS selain  memiliki kesibukan tersendiri mereka juga tidak terlatih dalam mengemas sebuah Item. PNS dalam bekerja butuh intruksi secara berjenjang, padahal dalam event seperti ini diperlukan kreativitas dan Inovasi. Sehingga tidak mengherankan jika sampai kepada persoalan kecil, itu harus ditangani oleh Bupati dan sebagainya. Dan perlu diketahui di kabupaten Kepulauan Selayar ada banyak IO yang sudah malang melintang melaksanakan event, mereka sudah cukup berpengalaman.  Dapatkah kemudian Pemkab Kepulauan Selayar membuka ruang bagi warganya untuk berpartisipfasi dan berinovasi.” Tegas Supardi”.
Bawah laut Takabonerate
Dari segi potensi wisata, Takabonerate bisa disebut luar biasa. Taman Nasional Takabonerate memiliki karang atol terbesar ketiga di dunia setelah Kwajifein di Kepulauan Marshal, dan Suvadiva di Kepulauan Moldiva. Luas atol tersebut sekitar 220 ribu hektare dengan terumbu karang yang tersebar datar seluas 500 km. Topografi kawasan juga terbilang unik dan menarik. Atol yang terdiri dari gugusan pulau-pulau gosong karang dan rataan terumbu yang luas dan tenggelam, membentuk pulau-pulau dengan jumlah yang cukup banyak. Di antara pulau-pulau gosong karang, terdapat selat-selat sempit yang dalam dan terjal. Pada bagian permukaan rataan terumbu, banyak terdapat kolam-kolam kecil yang dalam dan dikelilingi oleh terumbu karang. Pada saat air surut terendah, terlihat dengan jelas daratan kering dan diselingi genangan air yang membentuk kolam-kolam kecil. Sampai sekarang, terumbu karang yang sudah teridentifikasi sebanyak 261 jenis dari 17 famili. . Ini layak terjual dan harus terjual oleh karena itu mari kita jual secara Profesional. “ lanjut Supardi Idris”.
Informasi terakhir bahwa seluruh Event yang akan digelar dalam Takabonerate Island  Expeditions 2010 diambil alih oleh Pemerintah Propinsi, nah dari kebijakan ini saja berarti kita tidak dipercaya melaksanakan event akbar ini.Akankah masyarakat Selayar jadi penonton di rumahanya sendiri ?


Andre Sunarta

Rabu, 22 September 2010

Siapa Bilang Takabonerate Rusak?

ANDRE SUNARTA
| 5 September 2010 | 19:16
Takabonerate adalah salah satu Taman nasional yang merupakan aset Indonesia, yang terletak di kabupaten Kepulauan Selayar. Banyak yang kemudian menilai bahwa Takabonerate sudah rusak,jawabannnya tidak. Jika kemudian ada yang mengatakan rusak, termasuk laporan DisKP Kab.kepulauan Selayar yang konon katanya adalah hasil penelitian, perlu diketahui bahwa ketika Tim peneliti datang mereka di pandu oleh penyelam Amatiran yang hanya berkutat dikisaran yang tak berbobot. laporan disusun sedemikian rupa untuk mengundang keprihatinan nasional dan dunia untuk kemudian mendatangkan anggaran yang melimpah. itu adalah politik birokrasi yang telah merugikan masyarakat Sendiri. kami memiliki Dokumen perjalanan tentang Takabonerate yang kami kumpulkian dalam 3 (tiga) bulan terakhir .( selengkapnya Lihat http//:pesonahbawahlautselayar.blogspot.com, meskipun kami hanya sempat mengupload beberapa gambar tapi kami memiliki ribuan kutipan dari tiga fotografer yang melakukan dokumentasi, baik sebagi hobby maupun untuk menjawab bahwa Takabonerate adalah kawasan yang paling menakjubkan. Dr. Bnenedicta Wayan Suryani yang sering melakukan jelajah Diving di Selayar dan sering melakukan tour di seluruh kawasan Ta,man Nasional nusantara termasuk Bunaken, Wakatoby dan Raja Ampat bahkan masih meyakini bahwa takabonerate masih jauh lebih baik dari ke-3nya. Yang membuat Takabonerate masih dipandang sebelahmata adalah dukungan pemerintah kabupaten Kepulauan Selayar yang tidak propesional dalam mengolah pariwisata bahari Selayar.


Perlu dikatahui bahwa Kawasan nasional Takabonerate memiliki Karang Atol terbesar ketiga di Dunia. Pada 2 (dua) pekan yang lalu 8(delapan) orang Diver yang berkunjung ke Selayar dan dipandu oleh Dr.benedicta wayan Suryani bahkan meyakini bahwa takabonerate adalah sorga bagi para penikmat keindahan bawah laut. Salah satu Fotografer yang menetap di Selayar MR.Bernhard,GM bahkan saat ini salah satu gambar yang diperolehnya di Kawasan nasional takabonerate menjadi Top Picture di salah satu Majalah Australia.

Kami mengatakan bahwa keindahan takabonerate kjustrun banyak dipuji oleh orang luar, coba teman-teman buka tentang keindahan Takabonerate di Google dan sebagainya, atau buka website Pariwisata Selayar, Dinas Kelautan dan perikanan dan Lain-lain. maka akan muncul alasan kami bahwa ternyata yang mengenal Takabonerate secara lebih professional adalah orang Luar, yang mensosialisasikan adalah orang luar, orang di dalam hanya berbuat jika ada anggaran. STOP!

Kami dan teman-teman meskipun bukan bagian dari Birokrasi kompleks yang membingunkan akan berbuat untuk Selayar khususnya Takabonerate. Dalam waktu dekat ini kami akan melaksanakan PAMERAN BAHARI SELAYAR 2010, dalam Event itu kami akan menampilkan Ratusan Gambar-gambar dokumentasi keindahan bawah laut Selayar. Teman -teman bisa melihat sample gambarnya pada Blog kami di http;//forjubiindonesiatimurblogspot.com

andre sunarta

Rabu, 15 September 2010

KONDISI KARANG BATU DI PERAIRAN PULAU TANAJAMPEA, KABUPATEN SELAYAR



Karang batu merupakan salah satu komponen pembentuk ekosistem terumbu karang dan peranannya sangat penting baik secara biologi maupun ekologi di dalam suatu perairan pesisir. Penelitian terumbu karang di perairan Pulau Tanajampea, Kabupaten Kepulauan Selayar Sulawesi Selatan dilakukan pada bulan Nopember 2007 dengan menggunakan metode transek garis. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kondisi karang batu perairan Pulau Tanajampea. Hasil analisis menunjukkan bahwa persentase tutupan karang batu tertinggi di Pulau Tanajampea yaitu 44,43 persen yang dijumpai di Stasiun 2 dan terendah 26,33 persen di Stasiun 1. Nilai keanekaragaman jenis (H) karang batu tertinggi 1,04 dijumpai di Stasiun 2 dan terendah 0,83 di Stasiun 4. Kemerataan jenis (j) karang batu tertinggi 0,58 dijumpai di Stasiun 3 dan terendah 0,48 di Stasiun 4. Jenis karang batu yang diperoleh sebanyak 111 jenis yang mewakili 16 suku. Secara umum kondisi karang batu di Pulau Tanajampea masih baik dan masuk dan kategori sedang. Kata kunci: Kondisi, karang batu, Tanajampea, Selayar.Jemmy Souhoka

480 Karung Bahan Peledak Diselundupkan ke Selayar Sulsel


MAKASSAR- Direktorat Kepolisian Perairan Polda Sulsel, mengamankan 480 karung bahan peledak selundupan yang akan diselundupkan ke Sulawesi Selatan. Kuat dugaan bubuk bahan peledak yang tersimpan dalam karung pupuk itu akan digunakan nelayan merakit bom ikan. Bahan peledak tersebut diamankan polisi saat melakukan patroli di wilayah perairan Takabonerate Selayar, Senin (13/9) malam sekira pukul 20.00. Selain barang bukti, polisi juga menangkap dua pelakunya bernama Sukri (45), dan Hasan (25).

Kedua pelaku berikut barang buktinya 480 karung pupuk berisi bahan peledak diamankan di kantor Dit Polair Jalan Pasar Ikan. Penangkapan pelaku bersama barang buktinya, ketika petugas Polair dipimpin Komandan Tim Patroli, Iptu Tombong mencurigai kapal yang memuat ratusan karung.

"Kami langsung mendekati kapal itu. Saat diperiksa, ternyata semuanya bukan pupuk melainkan bahan peledak untuk merakit bom ikan. Dua pelaku dan barang buktinya kemudian kami bawa ke kantor untuk diamankan," kata Tombong, Selasa, (14/9).

Menurut Tombong, bahan peledak itu rencananya akan diedarkan kepada para nelayan di kawasan perairan Selayar dan sekitarnya. Saat ini, kata dia, pihaknya sedang rutin menggelar patroli di perairan Selayar.

Direktur Dit Polair Polda Sulsel, Kombes Pol Agus Sutikno yang dikonfirmasi membenarkan penangkapan tersebut. "Hukuman bagi pelaku bom ikan tentunya sangat berat," tegas Agus.
 ( dikutip dari /jpnn)

Rabu, 08 September 2010

Ben, Dokter Mata Dari Sileya




Dua remaja terlihat sedang memilah t-shirt yang tertata di lemari kaca. Mereka mencari baju kaos bernuansa laut yang pas. Keduanya adalah alumni Perikanan Unhas, pemerhati konservasi terumbu karang yang sedang bertamu ke rumah, tempat praktek sekaligus toko souvenir mini di Jalan Siswomiharjo Benteng.
Melihat saya datang, tuan rumah segera berdiri danmenyalami “Eh, akhirnya ketemu juga” Sapanya. Dia, dr.Benedicta Wayan Suryani Wulandari, Sp.M, satu-satunya dokter spesialis mata yang mendarmabaktikan keahliannya di kabupaten paling selatan di Sulawesi Selatan ini. Ben, begitulah sapaannya telah tiga tahun mengabdi di RSUD Selayar.
“Beginilah adanya” Sambungnya. “Toko kecil ini salah satu inisiatif bersama kawan-kawan yang peduli konservasi kelautan dan demi menjawab pertanyaan, para wisatawan saat ke Selayar, “Apa ya, ole ole khas Selayar, utamanya Taka Bonerate?”. “T-shirt!, yang bercorak alam atau penyelaman” Tandasnya.
“Ternyata banyak juga kawan-kawan di Benteng yang mempunyai minat dan ketertarikan pada konservasi alam laut Selayar”. Katanya. “Dari merekalah kami bahu membahu terlibat dalam persiapan dan pelaksanaan Taka Bonerate Expedition bulan Oktober lalu yang diluncurkan Gubernur SYL.
“Kami hendak menunjukkan bahwa banyak pilihan yang dapat ditempuh dalam geliat pariwisata di Selayar ini. Kami juga sisihkan laba dari jual baju ini untuk kepentingan konservasi dan pengembangan kegiatan sejenisnya” paparnya.
Bagaimanapun upaya yang ditunjukkan oleh sang dokter mata ini layak dipuji. Saya yang sejak tahun 1995 telah mengunjungi Taka Bonerate belum melihat perkembangan sebagus dan sekreatif ini jika membandingkan inisiatif dan daya tarik kegiatan wisata seperti yang telah ditunjukkannya setelah Ahmad Yani, staf Balai TN Taka Bonerate hengkang ke Kalimantan.
Selain itu, bagi yang pernah atau sering ke Selayar, tentu mafhum bahwa betapapun perkembangan daerah di Indonesia telah demikian pesatnya pasca bergulirnya otonomi daerah, kesan minimnya kapasitas dan akses yang terbatas menuju dan dari Selayar menjadi cerita tersendiri. Disebut tersendiri karena Selayar menjadi pengecualian.
Untuk ke sana, kita harus menyeberangi lautan dengan naik fery atau kapal laut. Ataupun jika berani, bisa menguji nyali dengan naik pesawat kecil berpenumpang 25 orang (sebelumnya hanya 10 orang). Faktor cuaca dan ganasnya gelombang sering menjadi kendala jika hendak mengunjungi Selayar. Terkait keterbatasan sumberdaya, satu hal yang kerap disebutkan orang pada sektor kesehatan adalah tidak adanya dokter spesialis.
Tahun 2003, saat saya terakhir ke sana, belum ada dokter spesialis (dokter gigi adalah pengecualian) yang mau menetap dan berpraktek di sana. Beberapa pasien harus dirujuk ke Makassar jika mengalami derita terkait penyakit dalam, kandungan, THT atau mata.
Dalam bulan Desember 2009, saya berkenalan dengan dua dokter spesialis, yang satunya dokter THT dan satunya lagi dokter mata. Yang dokter THT adalah kakak dari dosen saya di Ilmu Kelautan Unhas yang asli Selayar sedangkan dokter kedua adalah Dokter Ben.
Dokter Ben, spesialis mata kelahiran Gianyar,Bali yang mulai menyatu dan benam di kehidupan Pulau Sileya, (kini Selayar) yang menyelesaikan gelar dokternya di Universitas Airlangga, Surabaya bersuamikan dokter yang juga spesialis penyakit dalam bernama dr.Mario, dokter tetap pada Rumah Sakit Stella Maris di Makassar.
Kesan pertama saat bertamu ke rumahnya adalah kesan persahabatan dan keluasan wawasan dari dokter yang multi talenta dan luar biasa ini. Ini pula yang membuat saya tertarik untuk menulis sesuatu tentangnya. Saya menumpang mobil dinasnya pada tanggal 22 Desember. Tentu ini kesempatan bagus untuk mendengar kisahnya.
Saat saya berkunjung ke rumahnya, di ruang tamu, puluhan buku-buku kelautan, peta, biologi laut, ekologi terumbu karang dan informasi pariwisata teronggok di atas meja. Dua meja dengan desain indah karena diisi oleh pasir dan cangkang biota laut yang diperolehnya dari menyelam, mengisi bagian dalam meja yang ditutupi oleh kaca. Meja di ruang tamunya terlihat seperti akuarium laut kering.
Bukan hanya itu, di toko souvenir yang diberi nama “Lantigiang” salah satu nama taka (gosong pasir) dalam taman nasional Taka Bonerate ini juga tempat bertemunya para sahabat dan pemerhati konservasi kelautan.
“Keluarga kami tinggal di Kompleks IDI Antang, Makassar”. “Pak Komar seusia dengan suami saya. Angkatan 89 kan?” Katanya suatu ketika. Ben sendiri jika di Selayar tinggal di Jalan Siswomiharjo, di bagian timur pusat kota Benteng.
Keesokan harinya, pada hari Selasa tanggal 22 Desember, saya, dokter Ben, dan dua sahabatnya, Monica (staf pada Taman Nasional Taka Bonerate) dan ibu dari Yanti, seorang polisi taman nasional menuju Makassar. Mereka bertiga rupanya hendak pulang memperingati natal dan tahun baru 2010.
Cinta Laut
“Saya belajar menyelam dari Mr. Bernhard di resort Baloiyya” Katanya saat kami di atas fery KMP Bontoharu dalam perjalanan dari Pamatata ke Bira.“Dari Bernhardlah, saya merasakan betapa mengasikkannya menikmati keindahan bawah laut”. Perairan dalam Taman Nasional Taka Bonerate itu sangat indah, potensinya yang dapat dikembangkan. Demikian pula pada beberapa titik di barat dan timur pulau utama Selayar juga merupakan lokasi selam yang menarik, seperti Appatanah, Jammeng dan Barugaiya.
Bernhard seorang Jerman, manajer pada satu resort di Baloiyya, selatan Benteng. Untuk dapat lisensi menyelam darinya kita mesti menyiapkan anggaran maksimum 3 Juta. Dengan itu, sertifikat selam PADI dapat diperoleh, tentu saja jika berhasil menerapkan teknik-teknik menyelam standar dan sesuai dengan kaidah internasional.
“Bernhard, memanggil saya dengan sebutan Bennie” Ucapnya. Dia sangat berjasa mengajari saya menyelam. Di tempat Bernhard, saya belajar dan berkenalan banyak turis. Saya belajar banyak hal tentang kepariwisataan bawah laut darinya. “Dengan menyelam,keberadaan saya di Selayar menjadi semakin bernilai.
Selam, seperti kunci membuka tabir keindahan bawah laut. Daya tarik utama yang telah memberi nuansa baru kebahagian tak terkira. “Selayar ini indah loh” Katanya. Ben telah menjajal beberapa titik penyelaman favorit (dive spot) utama di kawasan Taman Nasional Taka Bonerate. Tak terhitung titik-titik penyelaman yang telah dikunjungi seperti di tubir Pulau Tinabo, Pulau Latondu, Tinanja dan beberapa titik penyelaman di laut utama Selayar.
“Kami tidak ragu untuk memanfaatkan wiken dengan berkunjung ke Taman Nasional Taka Bonerate” Katanya. Tentu saja jika kami ingin menikmati keindahan menyelam, mesti merogoh kocek namun dengan bersama kawan-kawan semua menjadi ringan” Katanya lagi.
“Kami pernah ke Tinabo, base jagawana Taman Nasional dengan hanya menempuh sekitar dua jam dengan speedboat. Kami berangkat hari Jumat sore dan pada keesokan harinya, menikmati penyelaman dengan sepuas-puasnya” Katanya. Pulau yang indah, seperti di Tinabo itu merupakan surga rekreasi. Snorkling dan diving dapat dilakukan dengan sepuasnya. Di sana tersedia tabung scuba dan kompressor.
Dokter Ben, rupanya sadar bahwa selain keberanian merencanakan ekspediri penyelaman, pengorbanan untuk mengeluarkan uang demi kepuasan menikmati alam laut itu adalah keniscayaan. Inisiatif seperti ini sangat menarik apalagi jika dilakukan secara berombongan, anggaran bisa diminimalkan dengan sistem sharing biaya.
“Di Selayar, suasana akrab antara kami berjalan dengan sukarela. Beberapa kawan dari Kantor Taman Nasional Taka Bonerate dan rekan seprofesi adalah mitra dan merupakan teman diskusi yang baik” Kami belajar satu sama lain.
“Dengan kemampuan menyelam, saya juga ikut kegiatan Sail Bunaken di Manado bulan Agustus 2009 lalu, menyelam di Bunaken dan sekitar Pulau Lembeh di Bitung. “Saya ke sana bersama dr.Ibel, seorang wanita tangguh yang kini kembali Jawa. Dengan alat penyelaman yang disewa, kami berdua yang memanggul tabung dan peralatan selam lainnya. Kami berpetualang dengan gaya tak terkira saat mengunjungi Pulau Lembeh di Sulawesi Utara” Ungkapnya.
Saat di atas fery, saya memerhatikan logbook penyelamannya yang sedang dibukanya. Data-data berikut tertulis dari log book menyelam yang ada di tangannya, “jumlah penyelaman sebanyak 152, menyelam pada 14 Oktober 2009, dan kedalaman maksimum 21,9 meter”.
Dalam waktu dua tahun, wanita ini telah menyelam sebanyak 152 kali. Fantastik! Pada kedalaman yang tidak semua dokter spesialis mampu melakukannya. Wanita ini kemudian mengeluarkan jam bertuliskan SUUNTO, Mosquito, inilah alat bantu yang mencatat, mengingatkan dan memberinya peringatan saat sedang melakukan penyelaman. Bahkan, jika dia terlalu cepat naik ke permukaan.
Siapa sangka atlet olahraga bela diri kempo saat masih tinggal di Bali ini masih tergolong baru di olahraga selam. Tapi jika membaca catatan di atas tentu bukanlah hal biasa. Luar biasa.
“Saya datang ke Selayar dalam bulan Pebruari tahun 2006. Walau musim barat, saat itu saya menggunakan pesawat udara berbadan kecil” Katanya. Padahal, banyak kawan-kawannya yang tidak menyangka bahwa ia rela berpraktek di pulau jauh ini. Banyak cerita kawan-kawan yang cenderung terkesan negatif tentang Selayar, namun ini saya tepis, sepanjang kita punya niat baik tentu yang datang adalah yang baik pula” Katanya.
Bukan Hanya Selam
Profesinya sebagai dokter spesialis mata adalah derajat tersendiri namun di balik profesi itu siapa sangka bahwa dia adalah aktivis yang peduli warga dan organisasi sosial.
Dia sosok penting pada terbentuknya perkumpulan pesepeda (biker) “Gele bike club” di kota Benteng, dia juga yang menginisiasi lahirnya klub selam bernama Sileya Diving Club – Sileya Scuba Divers, SDC yang mengambil nama lawas pulau Selayar, “Silea”. Konon, menurut sejarah, dahulu kala, Pulau Selayar dikenal dengan nama Sileya. Itulah mengapa para diver sebanyak 15 orang yang bernaung di organisasi ini memilih nama Silea Diving Club.
“Saya belajar banyak hal dari kunjungan saya ke pulau-pulau dalam Taman Nasional Taka Bonerate. Bahkan hingga Pulau Jampea” Katanya.
Selama kurun waktu tahun 2006 hingga akhir tahun ini berbagai kisah dan pencapaiannya bersama kawan-kawan yang peduli dengan pengembangan Kabupaten Kepulauan Selayar mengalir darinya. Dari urusan profesi, bakti sosial hingga cerita suka duka pasien mata.
Kunjungannya ke pulau Jampea dengan menumpang kapal laut berjam-jam merupakan tantangan tersendiri. “Saya mencatat cerita-cerita yang menggugah dan sekaligus memiriskan saat melihat fakta kehidupan masyarakat pula, utamanya kaum wanita” Imbuhnya.
Tentu ini hal yang sangat istimewa dan langka. Ben, dokter mata yang menggeluti dunia bawah air sebagai diver atau penyelam dan juga peka sekitar. Bukan hanya itu, kecintaannya pada laut dan segala asosiasinya telah memberikan perspektif baru bahwa dokter spesialis yang konon masih dianggap pekerjaan paling ekslusif dan mewahan, ternyata tidak terbukti padanya.
Di Pasitallu, dia terkaget kaget saat mendapati seorang wanita belia, bahkan layak disebut anak gadis berumur 13 tahun mengalami pendarahan. “Saya diberitahu oleh Ibu anak perempuan yang berdarah ini. Dia bilang, kenapa ini anakku berdarah-darah dokter” Ceritanya dalam logat Selayar yang terkesan lucu.
“Saya bilang, biasaji itu kalau anak gadis, biasa memang kalau haid pertama banyak pendarahan” Katanya kepada ibu si anak perempuan itu.
Dokter Ben menjadi kaget saat si ibu berujar, “O Tidak, ini pendarahan kedua. Anak ini sudah pernah pendarahan lagi. Ini kehamilan kedua yang berdarah-darah” Mata Ben terbelalak (dia menunjukkan mimik terheran-heran) saat mendapat penjelasan dari orang tua si gadis bahwa ini adalah pendarahan kedua bukan karena haid pertama tapi karena sedang hamil dan keguguran.
“Bagaimana tidak keguguran kalau rahim si anak belum kuat menampung si calon jabang bayi” Bisiknya. Kejadian ini bukan hanya sekali. Pada pulau jauh seperti Pulau Pasitallu Timur, Kecamatan Taka Bonerate, peristiwa kawin muda menjadi hal biasa. Mereka melahirkan anak namun yang menjaga dan merawat di bayi adalah neneknya. Ibunya malah pergi main dengan anak-anak sebayanya” Cerita Dokter Ben.
Banyak kejadian yang mencengangkan dan menjadi catatan tersendiri bagi dirinya bahwa nun jauh di sana, di pulau-pulau terpencil kehidupan wanita begitu menjadi beresiko. Seorang anak remaja dalam usia yang layaknya bermain riang dengan temannya, ternyata sudah harus mengasuh anak dan bahkan menanggung beban berat karena kawin muda.
“Pernah pula” Katanya. Seorang ibu datang berobat karena matanya rabun alias kabur. Yang mengherankan karena dia mengaku hanya mata kirinya. Ya, hanya mata kirinya. Setelah diperiksa dan konsultasi gejalanya akhirnya, direkomendasikan untuk membuat kacamata khusus rabun kiri”. Tapi, dua minggu kemudian, sang istri datang lagi. “Dokter, bagusmi mataku” Kata wanita itu.
Dokter Ben kemudian dibisiki oleh si ibu, “sebenarnya, mata saya rabun karena dipukul suami” katanya sambil tersipu. “Ah kenapa pula ada suami yang tega memukul istrinya? Wanita yang mestinya disayangi” Kata Ben.
“Dibutuhkan kepekaan pada lingkungan dan sosial”. Saya menggarisbawahi kalimat ini bahwa apa yang ditunjukkan oleh Dokter Ben, adalah sesuatu yang mestinya niscaya dilakukan oleh semua kita. Dalam profesi apapun, kita harus melakukan hanyak hal, kecil atau besar untuk mempertahankan keutuhan lingkungan dan sekitar dengan saling meyayangi.
“Itu yang dapat dilakukan di Selayar, menjaga potensi sumberdaya laut dan mengajak semua pihak untuk bahu membahu mengelolanya dengan bijaksana dan menguntungkan bagi sesama.
“Sebagai dokter, kitapun harus selalu mengasah kepekaan pada sekitar, alam dan manusianya” Katanya.“Suami saya bilang, alangkah menyenangkannya bagi seorang dokter jika pasien datang berkeluh kesah dan setelah konsultasi dan mengobatinya lalu dia datang dalam beberapa hari kemudian dengan senyum dan ucapan terima kasih” tutupnya.
Kita beruntung bisa menyelami kisah Dokter Ben, hal yang tak lazim bagi seorang dokter spesialis di negeri selatan bernama Sileya atau Selayar. Negeri indah sarat sejarah dan potensi sumberdaya alam laut yang spektakuler.
Daeng Nuntung

Pengikut